tujuh puluh sembilan

754 120 12
                                    

⚠️⚠️⚠️
trigger warning!
contain 15+ regarding adultery
read with consent!

⚠️⚠️⚠️trigger warning!contain 15+ regarding adulteryread with consent!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di pemakaman tampak memilukan. Semua pelayat datang menggunakan pakaian serba hitam, menatap khidmat prosesi pemakaman Ryana. Ada Reza yang berdiri dekat peti Ryana. Tidak ada air mata maupun tangisan terlihat. Keluarga Ryana termasuk sang Mama yang terlihat begitu terpukul akan kehilangan.

Ningning datang bersama Winda. Mereka sudah datang sejak di rumah duka tadi, mengucapkan bela sungkawa dan mendoakan Ryana agar tenang di sana, dengan meletakkan satu tangkai bunga mawar putihㅡsudah disediakan sebelumnya mengingat bunga tersebut merupakan favorit Ryana semasa hidupnyaㅡdi atas tubuh kaku si gadis saat peti terbuka. Mereka juga mengikuti prosesi pemakaman sebagai bentuk ucapan perpisahan. Sesungguhnya Karina dan Giselle juga datang, namun keduanya tidak bisa turut serta ke prosesi pemakaman karena ada keperluan penting lainnya. Sena dan Chandra juga hadir, keduanya bergabung dengan teman satu angkatan yang lain.

Jangan tanya bagaimana reaksi Ningning kemarin saat Winda memberitahu tentang kematian Ryana. Gadis itu langsung menangis sesegukan. Perasaan bersalah itu kembali muncul, bahkan menjadi berkali-kali lipat lebih besar. Rasanya jantung Ningning seperti diremat ketika berita mengejutkan itu memasuki daun telinga dan tertanam dalam otak. Butuh waktu semalamanㅡditemani oleh Karina, Giselle, dan Windaㅡhingga Ningning bisa tenang dan hadir pagi hari ini.

Cuaca sepertinya turut bersedih dengan perginya satu insan manusia. Hujan perlahan turun kala peti dikebumikan dan tanah diturunkan. Para pelayat otomatis membuka payung mereka, tidak ingin jatuh sakit akibat kehujanan. Begitu pula dengan Ningning dan Winda.

Hanya Reza yang terlihat tidak terganggu dengan hujan yang membasahi tubuhnya.

"Kak," panggil Ningning.

"Kenapa, Ning?"

"Kakak tahu enggak reaksi Kak Reza waktu tahu Kak Ryana meninggal?" tanya Ningning pada Winda.

Winda tentu tahu, Satria menjelaskannya melalui Giselle saat Ningning sudah tidur. "Lo mau tahu reaksinya?"

"Iya."

"Kak Reza tahu kabarnya pertama kali dari Kak Hendra. Itu pun setelah Kak Reza dipukul membabi buta sama Kak Hendra. Kak Hendra nyalahin Kak Reza akan kematian Ryana. Lo tahu kenapa? Jadi Ryana tuh hamil anaknya Kak Reza. I don't care with the detail of their sex life, tapi harusnya Kak Reza tuh tanggung jawab kalau udah ngehamilin anak orang. Tapi lo tahu apa jawaban Kak Reza? Disuruh ngilangin janinnya, alias disuruh ngegugurin, Ning. Gila ga sih?!"

"Dan seperti yang lo bisa tebak, Kak Reza menyesal. Dia nangis semalaman katanya. Waktu di rumah duka, dia sama sekali enggak pergi dari sisinya Ryana. Bilang maaf berulang kali, sampai Kak Hendra muak. Begitu lah, penyesalan selalu datang belakangan," terang Winda.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang