Sena dan Winda melanjutkan perjalanan setelah mengantar Chandra pulang. Sesuai rencana awal, mereka langsung menuju rumah Winda dan Sena akan pulang dengan naik ojek online.
"Ini serius ke rumah gue, terus lo naik ojol? Gue antar aja lah ke rumah lo, kalau emang motor mau lo ambil besok," ucap Winda.
Walau tidak ada perasaan lebih dari teman, Winda tidak tega membiarkan Sena pulang sendiri, malam-malam dan naik ojek motor pula. Namun, Sena justru menangkap maksud yang berbeda dari ucapan Winda. Sena seakan kembali mendapat penolakan dari Winda, yang sudah begitu sering terjadi, dan ia akhirnya muak.
"Lo segitu enggak sukanya sama gue?" tanya Sena gamblang.
Winda terkejut mendapat pertanyaan seperti itu. Padahal, si gadis tidak memiliki maksud apapun selain khawatir akan keselamatan Sena. "Gue..."
"Gue enggak pernah minta lo balas perasaan gue, Win. Cukup kasih gue kesempatan buat menunjukkan, kalau gue itu serius suka sama lo," sela Sena.
"Sen, gu..."
"Lo pikir gue enggak tahu, kalau lo udah tahu soal perasaan gue? Lo juga tahu soal perasaan Chandra ke lo, makanya lo enggak mau buka hati kan? Lo takut bikin persahabatan gue sama Chandra hancur kalau lo jatuh ke salah satu dari kita," sela Sena sekali lagi.
"Gue bukan manusia seegois itu, Win. Kalau akhirnya lo pilih Chandra, gue enggak bakal ganggu lo. Begitu pun sebaliknya," ucap Sena.
Winda ikutan emosi karena tidak diberi kesempatan berbicara. "Sena! Gue bukan benci sama lo! Tapi gue memang enggak bisa balas perasaan lo maupun Chandra! Lo enggak maksa gue balas perasaan lo kan? Kalau gitu, jangan paksa gue untuk ngertiin usaha lo! Karena gue enggak bisa!" bentak Winda
"Alasan lo enggak bisa itu apa?!" bentak Sena.
"Lo ga perlu tahu apa alasan gue!" bentak Winda kembali.
Selama tiga tahun berteman, ini merupakan pertengkaran pertama mereka di luar pembahasan organisasi. Keduanya saling membentak, dengan posisi masih berada di dalam mobil. Yang satu emosi karena mendapat penolakan secara tidak langsung berulang kali, sementara yang satu emosi karena seakan dipaksa untuk menerima perasaan lelaki di depannya.
Sena dengan emosi yang sudah kalang kabut, memutuskan meminggirkan mobil. Emosinya sedang melambung tinggi dan tidak akan baik apabila ia terus mengemudikan mobil dalam keadaan emosi yang tidak stabil.
"K-kenapa berhenti?" tanya Winda parau.
Setetes, dua tetes, air mata perlahan turun membasahi pipi Winda. Pertengkarannya dengan Sena, membawa Winda kembali mengingat sekelebat memori masa lalu yang coba ia lupakan. Memori menyakitkan yang menjadi alasan utama Winda tidak bisa membuka hati untuk Sena maupun Chandra.
"Winda, jangan nangis. Gue enggak maksud ngebentak lo kayak tadi. Please, jangan nangis ya. Maafin gue," ucap Sena, menyadari bahwa ia sudah melakukan kesalahan besar karena membentak Winda.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
General FictionIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...