tujuh puluh satu

712 136 2
                                    

Karina membuka pintu kamar dengan segenggam gantungan baju terpasang kemeja berbagai warna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina membuka pintu kamar dengan segenggam gantungan baju terpasang kemeja berbagai warna. Kaki gadis itu langkahkan menuju lemari berpintu geser di sayap kanan kamar berukur 3 x 4 meter milik Tama. Pemilik kamar? Masih tertidur di atas singgasananya.

Karina datang ke rumah satu jam yang lalu. Ia sudah sempat bermain dengan si Putih, berbincang sebentar dengan Ibu yang kini pergi arisan, dan membantu PRT yang menyeterika dengan membawa pakaian milik Tama. Ayah saja sudah tidak ada di rumah, beliau ada janji bermain golf dengan kolega bisnisnya. Namun pemilik kamar belum juga bangun.

Karina tutup pintu lemari, lalu berjalan mendekati tempat tidur dan duduk di samping Tama. Karina tersenyum simpul melihat kondisi Tama yang masih terlelap. Rambut pria itu terlihat berantakan, namun tidak menutup ketampanannya. Tangan Karina bergerak merapikan surai Tama.

Tak lama, netra Tama perlahan terbuka dan pandangannya bertemu dengan sosok Karina yang masih merapikan rambutnya. Pria itu tersenyum pelan seraya mengucap, "Kamu udah di sini aja, padahal niatku mau jemput ke rumah."

"Ribet lah! Kakak semalam langsung pulang ke sini, bukan ke apart. Kalau dari apart mah enak, se-arah. Kalau rumah Kakak sama rumahku beda arah, nanti malah repot," balas Karina.

"Enggak juga. Tapi bagus sih kalau kamu udah di sini. Ke sini naik apa kamu? Sendiri?" tanya Tama mengerjapkan mata berulang kali.

"Enggak, tadi di antar supir Papa. Kebetulan Papa pulang dinas, sekalian aja deh. Nanti pulangnya aja baru antar aku ya, Kak," ucap Karina.

Tama mengangguk pelan. Si pria kemudian reflek melebarkan tangan dan menarik sang tunangan dalam pelukan. Posisi Karina berubah menjadi sangat tidak nyaman karena badannya di peluk, padahal Karina masih duduk dengan kaki berpijak di lantai.

"Kangen," ucap Tama manja.

Karina mendecih. "Ingat umur gih! Udah tua, masih aja manja."

Tama menarik napas panjang kala wangi shampoo Karina memasuki indra penciuman. Wanginya selalu menjadi favorit Tama setiap ia memeluk Karina. Karina mengaku tidak menggunakan shampoo merek mahal, tetapi bagi Tama hanya Karina yang memiliki wangi rambut senikmat itu.

"Aku manja cuma sama kamu doang, loh! Lagian capek juga seminggu ini aku kerja, jadi hari libur gini ya buat manja-manjaan," balas Tama.

"Iya boleh aja sih, tapi posisinya enggak gini juga. Sakit pinggang aku lama-lama, Kak," protes Karina.

Tama lalu sadar dengan posisi tidak nyaman Karina. Tanpa pikir panjang, Tama berkata,"Ya udah naik aja sih, tiduran bareng aku."

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang