"Atas nama Kak Karina!"
"Satu Ice Americano ukuran Grande dan satu Ice Caramel Macchiato ukuran Venti," lanjut barista yang meracik minuman pesanan Karina.
"Thank you!"
"Thank you juga," balas Karina.
Karina selipkan ponsel ke saku jaket, lalu mengambil dua gelas plastik berisi kopi dan berjalan menuju Tama yang sedang melakukan virtual meeting. Ia letakkan Americano di samping Tama sembari mengucap, "Nih! Punya Kakak!"
Tama tanpa suara mengucap terima kasih pada Karina, lalu kembali melanjutkan rapat dengan anggota tim. Karina tidak tahu siapa saja yang tergabung, tetapi ia bisa dengar suara Giselle sesekali.
Mereka sedang berada di bandara, menunggu panggilan boarding sembari duduk di Starbucks. Dengan kesibukan Tama, coffee shop ini dianggap paling layak untuk bekerja. Sementara Karina dan Tama di sana, Mama dan Ibu lebih memilih duduk dekat pintu boarding.
"Giselle, nanti kamu survei langsung ke pabrik wallpaper-nya ya. Sama Rico aja, biar enggak sendiri. Nanti uang transportasi minta ke Mbak Tari," ucap Tama.
Tak lama, rapat kedua Tama sejak semalam berakhir. Tama meregangkan leher dan mengangkat kedua tangan ke udara. Cukup lelah harus rapat dalam keadaan kejar-kejaran dan masih mengantuk. Wajah kelelahan Tama terpampang jelas dengan munculnya lingkaran hitam di bawah mata, namun di saat yang sama wajah si pria terlihat menggemaskan. Mata terpejam dan pekikan tertahan membuat si pria terlihat bagai remaja yang kebosanan belajar untuk persiapan ujian nasional. Pagi ini, Tama terlihat manis di mata Karina.
Tama ambil gelas plastik berisi cairan kopi berwarna hitam pekat, menyeruput isinya cepat. Dalam sekejap, Tama sudah menghabiskan setengah isinya. Karina saja baru sedikit meminum kopinya.
"Kak?! Ngebut gitu sih minumnya. Enggak pahit apa?!" pekik Karina.
"Lebih pahit hidup," balas Tama santai.
Karina mendecih. "Don't give that type of proverb to me. Aku juga tahu kalau hidup tuh pahit," sahut Karina.
"Gitu tahu!"
Keduanya kembali diam, tidak terlibat percakapan apapun. Tama sibuk dengan kopi dan Butter Croissant yang ia beli sebelum rapat, sementara Karina sibuk dengan novel yang biasa ia bawa saat bepergiaan jarak jauh yang membutuhkan banyak waktu tunggu seperti saat ini. Diamnya mereka tidak serta-merta membuat suasana berubah canggung, keduanya justru menikmati keadaan tersebut.
"Perhatian, perhatian! Kepada penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 404 tujuan Denpasar, Bali, harap segera memasuki pesawat udara melalui pintu nomor tiga. Terima kasih."
Pengumuman boarding berkumandang. Tama merapikan barang-barangnya, begitu pula dengan Karina. Setelah yakin tidak ada yang ketinggalan, keduanya segera menyusul Mama dan Ibu yang sepertinya sudah lebih dahulu masuk ke pesawat. Keduanya bersyukur hari ini dapat terbang di kelas bisnis. Mereka tidak perlu antri panjang untuk bisa menjatuhkan tubuh di kursi empuk dan menikmati entertainment yang disediakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
General FictionIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...