empat puluh tujuh

787 150 6
                                    

Netra Karina melebar kala menyadari Tama membawanya ke psikiater

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netra Karina melebar kala menyadari Tama membawanya ke psikiater. Sebentar! Jangan bilang Tama mengira Karina mengalami gangguan kejiwaan, makanya si gadis di bawa ke sana?

Astaga! Karina masih waras, enggak gila!

"Kak, kok gue lo ajak ke sini? Gue masih waras ya!" tanya Karina yang berlari kecil mengikuti langkah kaki Tama yang begitu cepat.

Tama memilih tidak memedulikan rengekan Karina dan berjalan menuju resepsionis. "Gleen, dokter Dela ada enggak? Masih praktek?" tanya Tama dengan akrab pada petugas di balik meja.

"Eh! Mas Tama! Udah lama enggak main. Ada kok dokter Dela, kebetulan baru aja kosong. Langsung masuk aja ke ruangan dokter di lantai dua. Mas ingat yang mana 'kan?" terang si petugas bernama Gleen tersebut.

Tama kembali menarik Karina, mengajak gadis itu menaiki anak tangga menuju lantai dua dan memasuki salah satu ruangan. "Hai, Del!" sapa Tama pada dokter yang terlihat sibuk di depan komputer.

"Eh?! Astaga, Tam! Lo kalau datang kenapa dadakan sih?! Kaget gue," seru Dela.

Tama mendudukkan Karina di kursi depan meja Dela, baru setelahnya menyusul duduk di samping si gadis. "Penting ini mah! Makanya gue ke sini enggak bilang," ucap Tama.

Dela menoleh ke arah Karina. "Oh?! You bring your fiance? Ya ampun cantik banget! Sayang banget lo enggak ngundang gue pas pertunangan," ucap Dela.

"Lo lagi di Singapura jugaan waktu itu," sahut Tama.

Dela mengangguk setuju. "Ah iya! Benar juga. Gue nemenin mahasiswa gue ikut perlombaan di sana."

"Lo masih ngajar juga, Del?"

"Ya kalau diminta sama UI, gue bisa apa? Kan dari awal beasiswa gue gitu, diharuskan mengabdi untuk UI. UI bayarin gue dari nol sampai jadi spesialis. Untung gaji lumayan," terang Dela.

"Eh kok jadi bahas gue sih! Alasan lo ke sini apa? Tunangan lo ada gangguan kejiwaan?" tanya Dela frontal.

"Kagak! Tunangan gue mah waras. Gue mau lo jelasin case-nya Jeno sama Yeji ke dia," ucap Tama.

'Case-nya Jeno dan Yeji?'

"Hah?! Kagak salah?! Lo nyuruh gue ngelanggar kode etik gitu?! Yang boleh tahu kan cuma pasien. Lo tahu ya juga karena lo pihak keluarganya. Lo walinya Jeno. Tapi tunangan lo..."

"I can't explain much, tapi yang jelas Jeno berulah lagi dan Karina korbannya. Kalau sama yang sebelum-sebelumnya gue enggak bisa urusin karena gue enggak kenal mereka dan ya syukurnya cewek-cewek itu enggak yang sampai keganggu juga mentalnya. Tapi kali ini gue enggak bisa diam. Dia literally nyentuh tunangan gue!" potong Tama.

Dela memijat pelipisnya pelan. "How I am supposed to tell her? Sampai sejauh mana Karina boleh tahu? Karena gue enggak bisa ngasih tahu segalanya, gue enggak mau ya lo suruh ngelanggar kode etik," ucap Dela.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang