dua puluh delapan

958 170 6
                                    

"Selamat, Karina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat, Karina."

Karina dan Tama mengeluarkan reaksi yang berbeda saat menoleh ke arah sosok yang mengucapkan selamat pada si gadis.

Mata Karina melebar. Dirinya betul-betul terkejut dengan kehadiran sosok lelaki yang mengulurkan tangan dan menampilkan senyum terhangatnya. Sementara ekspresi Tama mengeras. Bodohnya ia melupakan eksistensi si lelaki sebagai saudara sepupu.

Di belakang si lelaki, terdapat gadis yang Karina kadang tidak suka kehadirannya. Si gadis langsung saja meraih tangan Karina dan mengucapkan selamat.

"Karina, enggak nyangka ternyata lo yang dijodohin sama Kak Tama. Selamat ya! Aku ikutan senang buat kamu!"

"Ma...makasih, Yeji," sahut Karina ragu.

Jeno, lelaki yang membuat Karin terkejut, memilih berpindah dan menyalami Tama.

"Selamat Kak Tama! Maaf ya gue telat datang. Biasa deh, Yeji lama," ucap Jeno melirik ke arah Yeji.

"Ih! Mana ada! Kamu mah yang lama jemputnya, padahal aku dah dandan cantik kek gini!" sergah Yeji.

"Iya deh iya. Terserah kalian aja. Kalau udah, minggir sana," usir Tama.

Jeno mencibir. "Dih! Enggak seru banget mainnya ngusir-ngusir."

"Iya nih, Kak Tama. Jangan galak kayak di kampus dong, Kak. Lagian nih ya, kita belum foto. Jadi foto dulu!" sahut Yeji.

Yeji memilih berdiri di samping Karina, sementara Jeno di samping Tama. Keempatnya menampilkan senyum terbaik mereka ke kamera, namun bagi Karina semuanya mendadak terasa asing.

Bagaimana Jeno bisa ada di sini? Di acara pertunangannya? Dengan Yeji?

Ya Tuhan! Karina selama ini selalu berdoa pada Yang Di Atas agar Jeno tidak tahu sama sekali tentang pertunangannya. Namun doanya tidak dijawab, Jeno justru tahu dan sepertinya lelaki itu kenal betul dengan Tama.

Apakah Jeno adalah bagian dari keluarga besar Tama?

"Selamat ya sekali lagi, Rin, Kak Tama," ucap Yeji, yang kemudian berlalu dengan Jeno.

Karina bisa lihat interaksi Jeno dan Yeji bersama wanita berusia hampir kepala lima yang ia yakini sebagai orang tua Jeno. Hubungan Jeno dan Yeji sudah sejauh itu, apa yang bisa Karina harapkan.

Yang Karina lakukan kemudian adalah menyikut perut Tama dari samping.

"Aw!"

"Lo kok enggak bilang kalau lo kenal sama Jeno?!"

"Lo kan bisa nanya baik-baik. Kagak disikut juga gue-nya," omel Tama.

"Jangan bilang Jeno saudara lo lagi?!"

"Ya emang kalau dia saudara gue, kenapa?"

"Ih! Astaga! Gue kan udah bilang kalau gue sukanya sama Jeno! Kalau emang dia saudara lo, harusnya lo enggak usah undang dia, Kak!"

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang