delapan puluh satu

839 123 2
                                    

Sebulan berlalu sejak kematian Ryana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebulan berlalu sejak kematian Ryana. Tidak banyak hal yang berubah. Ningning menjalani harinya seperti biasa, walau terkadang masih memikirkan kondisi Reza. Secara tak sadar, Ningning merasa harus memerhatikan si lelaki selagi sang Kakak masih berada di Amerika. Ningning sempat bertanya apakah Dery tahu mengenai kematian Ryana, yang dijawab Bunda kalau lelaki itu tahu. Hanya saja Dery tidak bisa pulang begitu saja karena programnya belum selesai.

Akibat ini juga, akhirnya Bunda tahu masalah yang terjadi di antara kedua putranya, Ningning, dan almarhumah Ryana. Bunda sempat merasa bersalah, namun Ningning menyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Ningning berkata demikian agar tidak membebani pikiran Bunda. Cukup dirinya saja yang menanggung beban ini.

Bicara soal Reza, lelaki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Dengar dari Bunda, Reza sempat mengalami masa histeris di satu minggu awal. Kerjaan lelaki itu hanyalah merusak setiap barang di dalam kamarnya dan berteriak kencang. Entah sudah berapa banyak pecahan kaca tersebar, Ningning tidak berniat membayangkan apa yang sesungguhnya terjadi setelah mendengar cerita Bunda. Bunda sampai meminta tolong pada sahabat-sahabat Rezaㅡtentu saja tanpa Hendraㅡuntuk menghibur lelaki itu. Entah apa yang mereka lalukan hingga Reza terlihat baik -baik saja. Bahkan lelaki itu akan mengikuti sidang ujian skripsi dalam beberapa hari kedepan. Ningning tidak tahu apakah Reza sudah benar-benar baik atau penyesalan masih menggerogoti, tapi dari yang ia lihat lelaki itu tidak lagi terlihat berantakan.

Kalau dipikir miris juga. Dua putra di keluarga Huang ini pernah bertemu dengan kematian perempuan yang paling mereka cinta. Dery kehilangan Cheryl, Reza kehilangan Ryana.

Ningning mendadak merindukan Dery. Bukan berarti selama ini gadis itu tidak merindu, tapi hari ini menjadi puncak dari tumpukan rindu yang Ningning pendam. Terhitung empat bulan sejak Dery meminta break dan Ningning tidak ada menangis barang sekali. Ia tempelkan kepala pada meja kantin, dengan netra menatap ke arah stan jualan. Tetapi tentu saja atensi Ningning tidak ke sana.

"Ning?!"

Ningning tidak menghiraukan panggilan seseorang padanya, bahkan sampai orang itu duduk di hadapannya dan ikut menidurkan kepala menatapnya. "Lo kenapa?!"

Ningning tentu saja kaget dan berteriak, "Anjing! Ngagetin gue aja sih, Kak Yan!"

Yayan tertawa melihat reaksi Ningning. "Hahaha, abis lo bengong sih! Gue kerjain aja," balas Yayan tanpa merasa bersalah sedikit.

Ningning mendengus sebal. "Ngapain lo ke sini, Kak?!" tanya Ningning sengak.

"Santai dong, Ning! Galak amat!" cibir Yayan.

Tepat setelah Yayan menyelesaikan ucapan, lelaki itu berteriak keras. Seorang gadis menarik kencang telinga kiri Yayan.

"Kamu ini! Suka banget ngerjain orang!" omel si gadis.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang