tujuh puluh lima

842 130 4
                                    

Ningning menarik napas dalam, lalu menghembuskan perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ningning menarik napas dalam, lalu menghembuskan perlahan. Hal yang sama Ningning lakukan beberapa kali, menikmati bersihnya udara yang tidak dapat ditemukan di kota. Semilir angin tak kalah asik menerpa wajah dan memberantakan surai, namun Ningning tidak begitu peduli. Ia justru suka dengan suasana saat ini.

"Ning!" panggil Winda dari belakang, membuat Ningning menoleh.

"Here! A glass of lemon tea for you, with real lemon cuts on the edge," ucap Winda menyerahkan gelas kaca langsing pada si gadis.

"Thank you, Kak."

"With pleasure!" Winda kemudian bergabung dengan Ningning, berdiri dengan satu tangan menopang pada teralis.

Ningning mengesap pelan, matanya terpejam kala merasakan asamnya lemon dan manis gula di dalam teh yang Winda berikan padanya. Walau asam, rasanya begitu menyegarkan di tenggorokan. Udara segar ditambah minuman dingin sukses membuat penat Ningning menghilang.

"Kak Karin sama Kak Giselle ke mana, Kak?" tanya Ningning.

Winda mengangkat kedua tangan dan bahu secara bersamaan. "Entah! Mungkin lagi ke pantai. Tadi sih bilangnya mau berenang, mumpung udah sore. Mana sok gaya pake swimsuit seksi, mentang-mentang enggak bareng pasangan liburannya," terang Winda.

Ceritanya begini, Hope University mengikuti kebijakan pemerintah untuk meliburkan kampus selama satu minggu di mana tanggal hari raya berada. Tepat tiga minggu setelah sidang akhirnya Karina. Karena libur, Karina, Giselle, Winda, dan Ningning pun memutuskan untuk pergi berlibur bersama. Malah awalnya, mereka ingin pergi ke Singapura. Namun setelah mempertimbangkan Giselle yang akan melaksanakan sidang akhir setelah mereka pergi berlibur, Bali dianggap tepat ketimbang Singapura yang sepertinya tidak jauh berbeda dengan hiruk-pikuk di Jakarta.

Informasi sedikit, Giselle terpaksa memundurkan sidang karena berhentinya Tama sebagai dosen di Hope University secara mendadak. Otomatis dosen pembimbing Giselle harus berganti di saat-saat terakhir. Walau tidak banyak berubahㅡdosen pembimbing yang baru tidak merasa ada yang fatal dalam skripsi si gadis, ada banyak urusan administrasi yang harus Giselle selesaikan.

Belum lagi Giselle sudah mulai magang di kantor baru Tama, tidak seperti sebelumnya yang bisa dibilang luntang-lantung. Setelah keluar dari kampus, Tama langsung saja membuka kantor untuk perusahaannya. Giselle yang magang di bawah perusahaan si pria otomatis harus sudah mulai bekerja. Selain itu tidak ada juga kelas yang perlu Giselle hadiri, sehingga tidak ada halangan untuk si gadis tidak bekerja di kantor.

Walau terlihat melelahkan, banyak keringanan yang Tama berikan untuk Giselle mengingat gadis itu masih berstatus mahasiswi di kampus. Pertama, Giselle dapat izin kapan saja jika ada urusan di kampus. Kedua, Tama menjamin gadis itu akan langsung jadi pegawai tetap di perusahaan, tepat setelah ijazah berada di tangan. Terakhir, walau tidak memberi efek apapun, Giselle adalah sahabat Karina. Alasan terakhir sudah cukup menggambarkan, bukan?

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang