tujuh

1.7K 256 23
                                    

"Sen, Win, makasih ya udah diantar," ucap Bima saat mereka tiba di depan rumah dua lantai di daerah Tanah Abang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sen, Win, makasih ya udah diantar," ucap Bima saat mereka tiba di depan rumah dua lantai di daerah Tanah Abang. Langit sudah berubah gelap saat mereka tiba.

"Sama-sama, Bim," balas Winda.

"Sans, Bro!" sahut Sena.

Chandra mencebik, "Lo enggak ngucapin terima kasih ke gue?!"

Bima mengomel, "Heh! Yang harusnya terima kasih tuh lo ke gue. Gue kena rugi karena kecelakaan, gue juga yang ngurusin admin sama motor lo. Kebalik!"

"Udah, udah! Urusan dah kelar, jangan lagi ribut kayak anak kecil gitu," peringat Sena.

"Bim, lo istirahat aja. Pasti masih syok. Mumpung besok Sabtu, puas-puasin aja istirahatnya," lanjut Sena.

"Thanks, Bro!"

Sena kembali melajukan kendaraan, keluar dari area perumahan Bima. Winda duduk di samping, sementara Chandra duduk di belakang dengan kaki diluruskan bak raja. Kalau bukan karena gips di kakinya, tidak mungkin lelaki itu duduk demikian.

"Gue laper! Mampir BK yok!" celetuk Chandra.

"Heh! Lo tuh ya, banyak mau banget! Rumah lo tuh di BSD ya. Jauh geblek! Pake mampir segala, jam berapa gue sama Winda balik?" omel Sena.

Winda lalu teringat akan motor Sena yang masih terparkir di kampus. Parkiran kampus sih buka dua puluh empat jam, karena Hope University berada di antara gedung perkantoran dengan tingkat pergerakan orang yang tinggi setiap harinya. Siapa saja bisa mengakses parkir, asal bayar. Tetapi, kasihan Sena kalau harus pulang malam sekali. Naik motor pula. Kalau Winda 'kan naik mobil, jadi tidak masalah.

"Kalau emang lapar, mampir aja ke BK enggak apa-apa. Nanti dari BK, gue antar lo ke kampus buat ambil motor, Sen. Biar Chandra gue yang antar pulang," cetus Winda.

Sena menoleh, menatap Winda tidak setuju. "Enggak, enggak ada! Kita mampir BK dekat rumah Chandra aja, bawa pulang! Abis itu baru balik ke kampus," tegas Sena.

Winda hendak protes, tetapi Chandra menyela terlebih dahulu. "BK dekat rumah gue mah masih jauh, keburu bunyi perut gue! Yang paling dekat ajalah!"

Sena mendengus sebal. Chandra ini, kecelakaan saja sudah menyusahkan, masih banyak pula maunya. Sena mau tidak mau harus mencari cara lain. Sena bukan berniat modus ke Winda atau bagaimana, tapi hati nurani Sena tidak bisa membiarkan gadis itu pulang malam sendiri. Mau naik mobil, tetap saja tidak aman.

"Ya sudah, kita mampir ke BK yang paling dekat. Abis itu, Winda gue antar pulang dulu. Nanti gue balikin mobil lo, abis ngantar Chandra," ubah Sena.

"Loh? Ini kan mobil gue! Gue dong yang nentuin!" protes Winda.

Ini yang Winda tidak suka dari Sena. Winda akui, Sena memang perhatian. Tapi Winda tidak suka dianggap layaknya anak kecil yang harus selalu dijaga. Ayolah, Winda bisa melakukan apapun sendiri!

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang