Suara alarm ponsel terdengar ke seluruh penjuru kamar. Sebuah tangan menyembul dari balik selimut guna mengamankan pendengaran dari suara yang semakin lama semakin mengeras volumenya. Setelah mematikan alarm, tangan gadis itu beralih mematikan pendingin ruangan.
Si gadis kembali tidur, mengingat ini hari Sabtu di mana ia tidak perlu pergi kuliah. Tidak ada juga janji dengan Karina, Giselle, dan Winda, jadi ia bisa sepuasnya tidur.
Sayang, keinginan Ningning untuk tidur hingga ia lelah harus pupus oleh sebuah panggilan. Dengan malas, Ningning geser tombol hijau tanpa memerhatikan nama yang tertera di layar. Ia hidupkan mode pengeras suara dan membiarkan ponsel tergeletak di nakas.
"Hmm?" sahut Ningning dengan suara khas baru bangun tidur.
"Buset?! Lo baru bangun tidur jam segini?!"
Suara teriakan dari seberang otomatis membuat netra Ningning melebar. Gadis itu menyibak selimut, bangun ke posisi duduk, dan segera mengambil ponsel. Ningning memukul kepalanya saat sadar siapa sosok yang menelepon dan mengganggu agenda tidurnya. Ia menggerutu, meratapi kebodohan karena mengangkat telepon tanpa memerhatikan siapa peneleponnya. Padahal beberapa hari terakhir Ningning sudah berhasil menghindari Reza yang seperti tidak bosan mengganggu dirinya. Sekarang, apalagi yang Reza inginkan dari Ningning?
"Urusan gue mau tidur kek, bangun kek, mandi, makan. Bukan urusan lo!" ketus Ningning.
"Buset galak! Hati-hati lo dipegat sama Kakak gue," ancam Reza.
Ningning memutar bola matanya jengah. "Your brother isn't that petty! Lo 'kan adiknya, yang benar aja kalau ngomong!" marah Ningning.
"Justru karena gue adiknya Kak Dery, gue tahu kayak apa Kakak gue. Gue kenal Kakak gue lebih lama dari lo ya! Lo kenal Kak Dery aja dari gue," cibir Reza.
Katakan Ningning bias, ia tidak suka cara Reza membicarakan Dery. Yang seharusnya berbicara layaknya adik menyayangi kakaknya, Reza lebih terdengar bagai musuh yang siap menjatuhkan Dery kapan saja ia mau. Ningning paling tidak suka saat kekasihnya dibicarakan dengan konotasi buruk.
Ningning tanpa pikir panjang mematikan sambungan. Tak lupa mengubah mode dering ke mode diam. Ia kembali masuk ke dalam selimut dan melanjutkan tidurnya. Peduli amat dengan Reza. Ningning malas berhadapan dengan manusia tidak jelas seperti itu.
Lima belas menit berlalu, terdengar suara ketukan pada pintu kamar Ningning. Ningning mendengus sebal sembari menggerutu, "Sopo neh seh?! Aku iki kape turu, onok ae wong gendeng ngeriwuhi! Njaluk tak pukul!"
[trans: Siapa lagi sih?! Aku ini mau tidur, ada aja orang gila ganggu! Minta aku pukul!]
Ningning ogah-ogahan turun dari kasur. Ia cepol asal rambutnya dan berjalan membuka pintu hanya dengan sweater dan celana pendek yang menempel sejak semalam. Di depan kamar, berdiri Isa teman kamar sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
General FictionIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...