tiga puluh

966 168 9
                                    

Giselle jatuhkan tubuhnya di kursi samping Winda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Giselle jatuhkan tubuhnya di kursi samping Winda. Napas Giselle tersengal akibat berlari dari fakultasnya ke kantin. Tiga menit Giselle berlari, bagaimana gadis itu tidak lelah. Kantin pusat kampusnya berada di dekat rektorat dan perpustakaan pusat. Walau fakultasnya dianggap paling dekat dengan pusat kampus, ada taman cukup luas yang membentang di antaranya, jadi tetap saja rasanya jauh.

"Buset! Lo ngapain lari-lari sih, Kak?! Sampai sesak gitu! Santai napa!" ceriwis Ningning.

"Nih, minum dulu!" Karina mendorong botol air mineral yang ia beli beberapa menit lalu ke araha Giselle.

"Thanks, Rin!" ucap Giselle. Ia raih botol pemberian Karina dan langsung meneguk isinya hingga tandas. Karina tidak akan marah hanya karena Giselle menghabiskan air miliknya.

"Kakak lari-larian ngapain sih?!" tanya Ningning penasaran.

Giselle tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. "Gue lapar. Makanya langsung lari ke sini abis selesai urusan gue di fakultas," alibi Giselle.

Ketiga sahabat Giselle tahu kalau dirinya tengah berada dalam pergolakan batin mengenai Satria, tetapi tidak sampai extend mengetahui bagaimana kerasnya si gadis menghindar berhadapan dengan Satria. Kalau Karina, Winda, dan Ningning sampai tahu, bisa habis dirinya diledek. Sebagai tukang ledek ulung di aespa, tentu saja ia tidak mau diledek. This is all about pride, you know?

"Ya enggak usah sampai lari gitu, Selle! Kantin enggak bakal lari ke mana kok. Batagor atau soto ayam favorit lo masih bakal ada kok," timpal Karina.

Giselle mendecih. "Udah deh, jangan mendadak cerewet kayak Mama gue. Eh, siapa pun temenin gue keliling cari makan dong! Gue bingung mau makan apa hari ini," ajak Giselle kemudian.

"Yuk! Sama gue aja, Kak. Gue mau sekalian beli Onigiri-nya si Yoshi yang dia titip jualin di dagang sushi-nya Mbak Deara," tawar Ningning.

"Lah, lo belum makan?"

"Dia mau cabut abis ini, makanya kagak makan berat," ucap Winda yang hendak menyuap nasi goreng dari piring dihadapan.

Seperginya Giselle dan Ningning, kini tinggal Winda yang sibuk dengan Nasi Goreng dan Karina yang sibuk dengan Nasi Ayam Goreng yang ditemani dengan sambal dan lalapan.

"Kak Rin, emang enak ya makan nasi ayam goreng pake sendok-garpu? Enakan pake tangan mah!" celetuk Winda.

"Males cuci tangan gue! Harus ke ujung kantin dulu, ogah!" balas Karina.

"Bilang aja sih mager," cibir Winda.

Karina tidak memedulikan cibiran Winda. Faktanya dia memang malas untuk bergerak. Ingat untuk makan saja sudah syukur.

"Beli apa jadinya, Kak?" tanya Winda saat Giselle dan Ningning kembali.

"Beli batagor aja. Lagi pingin makan yang ada bumbu-bumbu kacang begini," balas Giselle.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang