sebelas

1.3K 224 8
                                    

brak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

brak

Giselle meremas gagang setir dan menempelkan dahinya setelah memasuki mobil. Sumpah, Giselle merasa sangat malu sekarang. Kenapa bisa ia menjadi sensitif dan berbalik memarahi Reza dan Hendra. Di depan Satria pula.

Lebih malu lagi, tidak ada satu pun orang yang menahannya pergi, bahkan Satria pun tidak. Aduh, bagaimana caranya Giselle berhadapan dengan orang-orang itu kedepannya. Giselle dipastikan akan bertindak lebih bodoh dari apa yang ia perbuat hari ini. Membayangkannya saja sudah mengerikan.

"Giselle bodoh! Ih!" Giselle berulang kali membenturkan kepalanya pada gagang setir sembari mengumpati dirinya sendiri. Merutuki kebodohan yang muncul mendadak dan tidak sempat ia kontrol.

"Ah enggak tahu lah! Mending gue jemput Ningning sama Winda aja," pekik Giselle bak orang tidak waras sembari menyalakan mobil dan menginjak pedal gas, meninggalkan area kediaman Hendra.

Sudah berbicara sendiri tanpa ada yang merespon, pakai nada sengak pula. Kan seram ya!

 Kan seram ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

W

inda letakkan ponsel di samping setelah panggilan dengan Giselle dan Ningning terputus. Gadis itu lalu menelungkupkan kepala ke bantal. Semalam ia tidak tidur. Kejadian semalam saat hanya tinggal dirinya dan Sena di mobil, masih saja terngiang.

Bagaimana keduanya saling membentak, benar-benar membekas di kepala Winda. Apalagi gadis itu sampai menangis kejar karena merasa terbebani dengan perasaan Sena dan Chandra untuknya. Bukan berarti Winda menyukai salah satunya, tetapi gadis itu takut kalau lama-kelamaan begini, yang ada justru Sena dan Chandra tidak ingin lagi berteman dengannya.

Winda mungkin tidak punya perasaan lebih pada keduanya. Tetapi, Winda tidak suka ditinggalkan. Winda tidak suka sendiri. Kejadian di masa lalu, membuat Winda takut bila tidak ada seorang pun yang bisa ia gapai. Bagi Winda, mempunyai teman dan sahabat adalah segalanya.

Winda memiliki orang tua yang utuh, kalau kalian penasaran. Namun sejak kecil, kedua orang tuanya jarang ada di rumah. Bunda lebih banyak sibuk di perusahaan tempatnya bekerja sebagai kepala cabang dan Ayah lebih sering ada di Singapura mengurusi pekerjaan kantor.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang