enam puluh lima

725 126 8
                                    

⚠️⚠️⚠️
trigger warning!
contain 15+ of violence
read with consent!

⚠️⚠️⚠️trigger warning!contain 15+ of violenceread with consent!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ningning memegang kepala dengan telapak tangan. Kepalanya pening walau sudah tidur sejak tadi siang. Bagaimana tidak pening, kalau setiap waktu kosong hanya digunakan untuk menangis dan menangis.

Ningning sudah mencoba mengalihkan pikiran dari kejadian kemarin dengan berbagai kegiatan. Mulai dari menonton drama, menelepon Kano dan Sally semalaman, hingga menerima tawaran mendadak teman kuliahnya mengikuti kelas memasak di Mandarin Oriental.

Tapi setiap ia kembali sendiri, sulit bagi Ningning menghapus memori buruk yang Reza tinggalkan untuknya. Ningning tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis.

ting, ting, ting

Ningning meraih ponsel di atas nakas. Terdapat pesan dari Dery. Ningning menarik napas panjang. Ia tidak boleh lemah hanya karena makhluk semacam Reza. Perlakuan Reza tidak boleh membuatnya goyah. Hingga akhir hayatnya, hanya Dery yang akan bertahan di hatinya.

Ningning mulai mengetikkan balasan pada pesan Dery. Dari saling membalas pesan selama hampir satu jam, kini Ningning tengah melakukan video call dengan Dery.

"Kak Dery!!!" pekik Ningning.

"Ya Tuhan, Ning! Udah malam loh di sana. Kok teriak-teriak sih?! Enggak dimarahin ibu kos entar kamu?" tanya Dery yang sibuk memasang Airpods di kedua telinga.

"Enggak lah! Lagian kan kamar aku kedap suara, Kakak lupa ya?" Ningning berucap sembari sibuk menguyah sushi yang ia pesan melalui layanan online. Ia pesan di tengah-tengah membalas pesan Dery.

"Oh iya juga," seru Dery.

"Hahahaha, ketahuan deh situ dah tua! Gitu aja lupa," ejek Ningning.

"Cie, kamu kok ya mau aja sama yang tua begini," balas Dery.

"Dih! Nyeselin sih!" omel Ningning dengan bibir mengerucut.

"Okay, I stopped! Kamu sih, mulai duluan ngejekin aku," ucap Dery.

"Okay, my fault too!" aku Ningning.

"Kakak, aku kangen banget sama Kakak," keluh Ningning, mendadak menangis kejar. Tentu saja Ningning menangis bukan hanya sekadar rindu dengan Dery, tetapi juga karena perasaan bersalah yang menggerogoti relung hati.

Dery jelas panik. "Loh? Kok sampai nangis sih, sayang? Kenapa?"

"Huaaaa, aku betulan kangen sama Kakak. Mau meluk Kakak sekarang, tapi mustahil 'kan?" lirih Ningning.

"Kalau kamu mau meluk aku, peluk aja Reza. Dia 'kan perantara aku." Dery sejujurnya bingung harus bagaimana menghibur Ningning.

"Kakak! Don't even mention his name! Sebal banget aku sama dia! I despise him to the core!" Ningning benar-benar membenci Reza saat ini. Persetan dengan statusnya sebagai adik kandung Dery, Ningning tidak ingin sekalipun berafiliasi dengan Reza.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang