tiga puluh lima

871 165 26
                                    

⚠️⚠️⚠️
trigger warning ahead!
contain 18+ scene
read with consent!

⚠️⚠️⚠️trigger warning ahead!contain 18+ sceneread with consent!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina mendengus sebal kala menginjakkan kaki di luar gedung fakultasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina mendengus sebal kala menginjakkan kaki di luar gedung fakultasnya. Bagaimana tidak sebal kalau keluar-keluar, Karina menemukan mobil Tama yang terparkir rapi. Dari jauh, Karina bisa melihat siluet lambaian tangan Tama di dalam mobil.

Karina menyesal pergi ke kampus dengan MRT, karena artinya ia tidak bisa kabur. Belum lagi jika Karina harus mengingat pesan singkat yang Tama kirim sejam yang lalu. Ada acara makan-makan yang diadakan oleh keluarga besar Tama, sehingga mau tidak mau Tama harus membawa serta Karina. Bisa jadi bahan pembicaraan kalau pria itu tak membawa serta sang tunangan.

"Kak, lo yang benar aja dong!" omel Karina setelah menutup pintu mobil.

"Baru juga duduk, udah ngomel aja lo," cibir Tama sembari memindahkan perseneling dan memajukan mobil, menjauh dari area kampus.

"Ya gimana gue enggak ngomel? Udah mendadak, terus ya kali gue pake baju kuliah begini. Burik banget gue," keluh Karina.

Tama melirik sekilas, lalu kembali fokus pada jalanan. "Burik apaan sih? Tunangan gue mah cantik terus. Mau pakai apapun juga cantik. Lagian gue juga pakai baju ngantor gini kok. Enggak jauh beda lah sama pakaian lo."

"Serah lo deh, Kak!"

Karina sesungguhnya tidak begitu memikirkan mengenai pakaian, ia lebih memikirkan kemungkinan dirinya akan bertemu dengan Jeno. Membayangkan dirinnya menjadi ipar dari gebetan sendiri saja, rasanya sungguh aneh. Apalagi kalau Karina harus bertemu setiap saat dengan kondisi acara keluarga, sungguh membuat si gadis merasa canggung.

Tetapi Karina tidak bisa menghindarinya. Seperti sekarang, Jeno ada di sana dan duduk di seberangnya. Yejinasya juga ada, keduanya dengan santai bermesraan. Anggota keluarga yang lain terlihat tidak peduli dengan keduanya, menandakan bahwa Yeji sudah begitu di terima oleh keluarga besar Tama.

"Don't look at them like you wanna make a hole onto both of their head," bisik Tama.

Karina menoleh sedikit. "I am n..."

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang