36

65 12 47
                                    

Ina memainkan kedua tangannya dengan canggung. Sungguh dia masih belum berani mengangkat wajahnya karena perkataan tadi dan bodohnya di sini ada Liora. Pasti Liora marah padanya karena kurang ajar meminta Vino mencari dalamannya. Ah ini pasti efek berteman dengan Achi mangkanya omongannya selalu nggak lulus sensor.

"Leo nggak ke sini?" tanya Vino memecah keheningan.

Ina pun mendongakkan kepalanya menatap Vino namun segera ia melempar pandangan ke arah lain begitu ia secara tidak sengaja menatap Liora yang menatapnya tajam.

"Ehm nggak bang. Tadi sudah Ina chat sih cuma dia belum balas," jelas Ina.

"Liora itu mata lo kenapa tajam amat? Mau motong sayur lo?" tanya Achi dengan wajah tanpa dosanya.

"Achi!" tegur Ina sembari memukul pundak Achi.

"Sakit Na!" pekik Achi kesakitan.

Vino hanya tersenyum melihat adegan di hadapannya dan hal itu tidak luput dari penglihatan Liora.

"Kita ngapain sih masih di sini? Nunggu siapa?" tanya Liora dengan nada malasnya.

"Nunggu Leo," jawab Ina singkat.

"Terus lo mau nungguin Leo dulu baru mau pulang?" tanya Liora pada Ina yang di jawab anggukan oleh Ina.

"Lo suka Leo ya?" tebak Liora yang tanpa sadar malah di balas anggukan oleh Ina.

Achi yang melihat Davina menganggukkan kepalanya pun langsung memukul lengan Ina.

"Kok lo jawab sih?! Katanya rahasia?!" jengkel Achi.

"Halah nggak usah rahasia-rahasiaan orang sikap lo udah ketebak kok," terang Liora.

"Kelihatan banget ya?" tanya Ina polos.

Liora hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tok! Tok!

Semua orang sontak langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Di sana sudah ada Dimas yang datang bersama beberapa suster untuk memeriksa Ina.

"Na suami lo tuh!" tegur Achi pada Ina yang malah sibuk mengagumi Dimas dengan terbengong-bengong.

"Chi gue tau gue harus pilih siapa?" ucap Ina pada Achi dengan pandangan yang masih tetap mengarah ke Dimas.

"Siapa?" tanya Achi.

"Dua-duanya. Mereka ganteng banget Chi, gue bingung pilihnya," jawab Ina.

"Mending lo diam deh Na daripada gue lempar pakai tiang infus! Lo juga harus mikirin gue lah! Kasih kek salah satunya buat gue jangan diembat semua!" kesal Achi.

Interaksi Ina dan Achi tersebut tidak lolos dari pengamatan Vino. Vino tau jika sebenarnya Ina mulai memiliki rasa sedikit tertarik dengan dokter koas tersebut.

Dalam diam, Vino mencoba mencari tahu sejauh mana perasaan Ina pada Dimas.

Dimas pun berjalan mendekat ke arah Ina.

"Apa masih ada yang sakit?" tanya Dimas lembut.

"Sudah nggak sih dok cuma tanganku yang patah masih rada ngilu dok," jawab Ina.

Dimas pun mengangguk anggukkan kepalanya mengerti dan mulai memeriksa tangan kanan Ina namun Achi yang duduk di samping Ina pun menghalangi jalannya.

"Chi minggir dulu, dokter Dimas mau periksa tangan gue!" tegur Ina pada Achi.

"Dok lo nggak mau periksa gue juga?" tanya Achi pada Dimas mengabaikan teguran Ina.

"Hah? Memang kamu ada yang sakit?" tanya Dimas bingung.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang