Seperti biasa tempat itu selalu saja minim penerangan dengan sebuah ring tinju ditengah-tengahnya, bar mini di dekat pintu masuk, banyak pria bertubuh kekar berpenampilan preman sudah tumpah ruah di tempat ini. Cewek cantik berpenampilan menarik dengan pakaian yang kurang bahan jangan tanya lagi, mereka sudah stand by menggoda kaum adam. Tapi Vino sama sekali tidak terbiasa dengan tempat tersebut karena ini pertama kalinya Vino menginjakkan kakinya di tempat ini.
Tempat itu terletak di pinggiran kota Jakarta. Tersembunyi karena tempat itu merupakan tempat tinju bebas illegal. Berkali-kali tempat tinju bebas sudah dipindah-pindakan karena keberadaanya yang telah diketahui pihak berwajib.
Butuh waktu yang lumayan lama untuk bisa sampai ke tempat seperti ini. Bahkan dibutuhkan kesabaran yang ekstra untuk bisa melalui jalan yang sulit dilalui kendaraan ini apalagi bila musim hujan, pertandingan yang rutin dilaksanakan pada hari sabtu malam itu harus gagal dilaksanakan.
Leo datang bersama Daniel, Vernon dan juga Digo sedangkan Vino masih belum terlihat batang hidungnya.
Leo tersenyum geli begitu membayangkan bagaimana ekspresi abangnya itu jika tau kalau tempat pertandingan Daniel lebih seperti tempat hiburan malam. Abangnya itu sangat membenci bau alkohol dan kehidupan malam seperti ini.
"Kenapa lo ketawa sendiri?" tegur Digo.
"Lucu aja," jawab Leo sembari tertawa kecil.
"Gue? Astaga lo nggak lagi belok kan Yo?" tanya Digo sembari menatap horor ke Leo.
"Apasih ngaco mulu kalau ngomong. Gue cuma lagi bayangin aja kalau abang gue tau tempatnya kayak begini pasti dia bakalan ngomel-ngomel kayak mak-mak sayur deh," ucap Leo sembari tertawa.
"Ya ampun Yo lo jadi adik jahat banget sih. Mending gue aja deh yang jadi adiknya Vino daripada lo," ucap Vernon ikut menanggapi.
"Maaf nggak bisa, wajah lo nggak lulus sensor wkwkwk," goda Leo sembari tertawa terbahak-bahak.
"Njir lo kira gue apaan nggak lulus sensor? Tontonan berbahaya gitu?" protes Vernon.
Tanpa menjawab pertanyaan Vernon, Leo pun berlari menghampiri Vino yang baru saja datang.
"Wuihh udah sampe bang? Gimana 'lancar' nggak?" tanya Leo sembari menaik-turunkan kedua alisnya.
"Sialan! Ngapain pakai pindah kesini sih tempatnya. Jijik gue banyak banget cabenya."
Leo terkekeh pelan mendengar abangnya mengomel sedari memasuki rumah kosong yang merangkap menjadi tempat pertandingan tinju bebas sekaligus club itu.
Leo tau jika abangnya sangat tidak suka dengan bau alkohol apalagi jika digoda oleh cewek-cewek tadi. Diteriaki cewek-cewek di sekolah saja risihnya minta ampun lah ini malah digodain cabe-cabean.
"Tempat yang lama sudah diketahui polisi bang jadinya pindah kesini," terang Leo.
"Kalau tau kayak gini gue nggak nonton!"
"Ini juga yang terakhir bang, habis ini si Daniel mau ikut yang legal aja katanya. kasian lo juga kalo tempatnya yang kayak beginian mah." Leo merangkul bahu Vino, mengajaknya bergabung dengan yang lain.
"Lo datang Vin?" tanya Digo.
"Pertanyaan lo nggak bermutu sumpah! Udah tau orangnya disini pakai tanya!" sergah Vernon.
"Terserah gue lah!!"
Ting!!! Ting!!!
Seorang cewek berdiri membawa tulisan ronde pertama mengelilingi ring tinju. Tanda jika pertandingan akan dimulai.
Daniel di sudut merah sedangkan lawannya di sudut biru. Pada awalnya, lawan Daniel mendominasi pukulannya hingga dia mulai kewalahan karena Daniel berhasil menangkis semua pukulannya. Bukan Daniel namanya jika dia tidak mampu mengimbangi permainan lawan. Pada ronde keenam Daniel memberikan pukulan kerasnya pada lawannya yang membuat lawannya langsung tak sadarkan diri dan secara otomatis Daniel memenangkan pertandingan tersebut.
Saat Daniel turun dari ring, geng Crows langsung menghampirinya dan mengangkat Daniel tinggi-tinggi sambil bersorak kemenangan.
Leo, Digo, dan Vernon langsung berlari menghampiri Daniel. Vino?? Jangan tanya, setelah mengetahui lawan Daniel pingsan Vino langsung bergegas pergi dari tempat itu. Pengen muntah katanya.
"Wah selamat Niel, nggak sia-sia gue nyewa dukun buat lo," ucap Vernon.
"Alay lo!!" kata Digo.
" bodo!!"
"Niel janji lo??" tagih Leo.
Daniel menyerahkan selembar kertas dengan sebuah nomor disana. Sebelum pertandingan tadi Daniel berjanji akan memberikan nomor seseorang itu pada Leo.
Yes akhirnya!!
♡♡♡♡♡
Keesokan harinya Leo segera bersiap siap berangkat ke sekolah. Saat menuruni tangga, Leo melihat abangnya yang sudah mulai sarapan.
Leo pun berjalan menghampirinya dan mulai ikut sarapan dengan Vino.
Untuk beberapa saat mereka makan dengan hening tanpa ada yang mau membuka pembicaraan.
"Ina nanti sore sudah diperbolehkan untuk pulang," ucap Vino membuka pembicaraan.
Leo hanya menatap Vino sekilas kemudian melanjutkan sarapannya.
"Lo mau kesana atau gimana?" tanya Vino pada Leo.
"Ngapain? kan udah ada sopir suruhan lo yang bisa antar dia pulang," jawab Leo cuek sembari tetap memakan makanannya.
"Tapi setidaknya lo harus datang karena bagaimanapun juga-"
"Ina jatuh gara-gara gue," potong Leo.
"Iya gue tau kok bang kalau itu salah gue dan gue harus tanggung jawab. Tapi kan ada lo yang sudah mempertanggung jawabkan perbuatan gue."
Vino langsung menatap tajam kearah Leo. Begitu juga dengan Leo yang balas menatap Vino.
"Gue bisa-bisa benci loh bang sama Ina kalau semua orang belain dia dan memperlakukan Ina seolah-olah jadi korban gue," ucap Leo dingin.
"Itu faktanya Yo," desis Vino.
"Fakta dari mana? Iya gue tau gue nggak bisa nilai diri gue sendiri tapi hargai gue sedikitlah. Gue bosen dengar Ina baper gara-gara lo lah, Ina kenapa-napa gara lo lah! Pernah nggak sih kalian mikirin perasaan gue sekali aja jangan perasaan Ina mulu yang pikirin?" kesal Leo sembari membanting sendok dan garpunya.
Leo segera bangkit dari duduknya dan bergegas pergi meninggalkan Vino.
Hari ini moodnya benar-benar sudah hancur.
Coba deh semua orang jadi gue, pusing nggak tuh jadi gue? Nggak tau apa-apa tapi disalahin mulu karena katanya bikin anak orang baper.
Sesampainya di sekolah, Leo melihat Liora yang sedang berjalan di depannya. Leo pun berlari mensejajarkan langkahnya dengan Liora.
"Pagi!" sapa Leo pada Liora.
Liora hanya mengangguk sekilas sebagai jawaban.
"Kaki lo sudah sembuh?" tanya Leo sembari memperhatikan kaki Liora.
"Sudah. Berkat lo," ucap Liora sembari tersenyum pada Leo.
"Abang lo yang jatuhin gue lo yang ngobatin. Lucu ya. Yang salah siapa yang tanggung jawab siapa!" ucap Liora sebelum akhirnya mempercepat langkahnya meninggalkan Leo yang berhenti di tempatnya.
Leo memikirkan perkataan Liora. Bukankah ini seperti terbalik? Ina jatuh gara-gara dia tapi abangnya yang tanggung jawab sedangkan Liora jatuh tapi Leo yang tanggung jawab.
"Udah nggak usah dipikirin, gue tau otak lo belum sampai. Lagian gue cuma bercanda kok," ucap Liora berbalik dan merangkul pundak Leo.
"Nanti istirahat ke kantin bareng yuk Ra," ajak Leo dengan hati berbunga-bunga karena rangkulan Liora.
"Nggak ah. Gue mau ke rooftop aja tidur," tolak Liora.
"Tidur di kantin aja Ra!" ucap Leo.
"Ngawur lo!"
Tanpa disadari seseorang memperhatikan interaksi keduanya dari jauh.
♡♡♡♡♡
Hola akhirnya bisa up juga, btw tandain ya kalau ada yang typo😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Adios (Goodbye Sweet Heart)
RandomSERI KEDUA DARI BE WITH YOU (Tahap Revisi, akan di publish secara berkala) Ini tentang seorang gadis bernama Ina yang sangat menyukai teman sekolahnya yang bernama Leo. Sudah sejak lama Ina tidak berani mendekati Leo apalagi mengungkapkan perasaanny...