60

48 9 43
                                    

Brak!

Leo langsung jatuh bersimpuh begitu tiba di ruang rawat Ina. Kedua air matanya mengalir dengan deras menuruni kedua pipinya begitu ia mendapat telepon dari Achi jika berita yang muncul di televisi tersebut memang Ina, Leo pun langsung bergegas menuju rumah sakit diikuti Vino di belakangnya.

Leo sudah dapat berkata apa-apa lagi begitu mengetahui keadaan Ina sekarang. Sekujur tubuhnya Ina di penuhi dengan luka dan Leo merasa bersalah atas itu terlebih lagi Ina telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuknya.

Ina yang mendengar suara terjatuh pun menoleh ke arah sumber suara namun sedetiknya ia memalingkan wajahnya kearah lain.

Vino yang baru saja tiba pun hendak mendekat ke arah Leo dan membantunya berdiri namun sebelum Vino melakukannya, Leo sudah terlebih dahulu bangkit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vino yang baru saja tiba pun hendak mendekat ke arah Leo dan membantunya berdiri namun sebelum Vino melakukannya, Leo sudah terlebih dahulu bangkit.

Dengan perlahan, Leo berjalan mendekat kearah Ina sembari menghapus air matanya.

"In..Ina apa kabar?" lirih Leo sembari duduk di sebelah ranjang Ina.

Ina hanya diam tanpa menjawab. Yang bisa Ina lakukan hanyalah menangis dan ia merasa malu untuk berada di samping Leo.

 Yang bisa Ina lakukan hanyalah menangis dan ia merasa malu untuk berada di samping Leo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Na, maaf ya gue kesini nggak bawain apa-apa buat lo. Gini deh nanti selepas lo keluar dari sini, kita jalan-jalan. Gue akan turuti semua mau lo," ujar Leo ceria.

Ina yang mendengarnya pun hanya diam tanpa berani menolehkan kepalanya ke arah Leo.

"Bang, kayaknya gue harus pergi dulu deh ke mall buat beli sesuatu buat Ina. Gue titip Ina sama lo sama Achi juga ya," pamit Leo tanpa menunggu persetujuan dari Vino maupun Achi.

Vino berusaha mencegah Leo namun ia kalah cepat dengan Leo yang sudah keluar dari ruangan.

Begitu keluar, Leo langsung menghentikan langkahnya dan mendongakkan kepalanya kearah Dimas yang telah berdiri di hadapannya.

"Romi. Ketua Black Killer. Jln. Nusantara nomor 07," ujar Dimas sembari menunjukkan sebuah foto dari ponselnya.

Leo yang mendengarnya pun menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dimaksud Dimas. Namun pada saat Leo akan melangkahkan kakinya, Dimas sudah terlebih dahulu mencekal lengan Leo.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang