69

38 9 39
                                    

Leo langsung merebahkan tubuh lelahnya ke sebuah sofa yang berada di ruang tamu. Hari ini adalah hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan untuknya.

"Kamu sudah pulang?" tanya Alden yang kini duduk di sebelah Leo dengan secangkir kopi di tangannya.

"Sudah. Abang mana pa?" tanya Leo.

"Abangmu kan sedang merayakan kelulusannya dengan teman-temannya. Papa pikir kamu juga ikut merayakannya," ujar Alden.

"Nggak pa. Hari ini Leo kencan sama Ina," ujar Leo sembari terkekeh geli.

"Dasar. Oh ya kamu mau tunangan sama Ina kapan?" tanya Alden tiba-tiba.

"Ha?"

"Empat hari lagi abangmu dan Liora akan bertunangan. Bagaimana kalau pertunanganmu dengan Ina di samakan saja sama abangmu?" tawar Alden.

"Eh bentar dulu pa Leo ngebug ini. Secepat inikah?" tanya Leo terkejut.

"Lebih cepat lebih baik kan?"

Leo yang mendengarnya pun langsung berjingkrak bersemangat. Ia bahkan langsung memeluk Alden dan mendaratkan ciuman di pipi Alden secara bertubi-tubi.

"Apaan nih? Lo lagi ngapain Yo?" tanya Vino yang baru saja tiba dan terkejut begitu melihat Leo yang sedang memeluk Alden dan menciumi pipi Alden.

"Gue mau tunangan sama Ina whleee," ejek Leo pada Vino.

"Oh," jawab Vino acuh bahkan Vino malah berjalan menuju kamarnya.

"Ucapin selamat kek ke gue!" protes Leo.

"Selamat," ujar Vino dengan wajah datarnya.

"Yang ikhlas dong!" rengek Leo seperti bocah. Bahkan Alden yang berada di sampingnya pun hanya terkekeh geli melihat tingkah Leo yang seperti bocah itu.

"Selamat ya Yo. Semoga Ina mau tunangan sama lo," canda Vino yang langsung dihadiahi sandal rumah oleh Leo.

"Brengsek lo emang bang," kesal Leo.

🐣🐣🐣🐣🐣

Keesokan paginya seperti biasa Leo pergi menjemput Ina ke sekolah. Yah meskipun hasil kelulusan sudah diumumkan, tapi mereka tetap harus datang ke sekolah untuk mengurus serangkaian pendaftaran ke PTN yang mereka inginkan.

Sepanjang perjalanan, Leo tidak henti-hentinya tertawa kecil begitu membayangkan betapa bahagianya Ina nanti kalau Leo mengajaknya tunangan empat hari lagi. Pasti Ina bakalan terkejut dan tidak menyangka. Belum lagi ketika Leo mengingat ia mencium Ina kemarin malam, membuatnya tambah bahagia. Akhirnya kebahagiaannya sebentar lagi lengkap sudah.

Setelah beberapa menit di perjalanan, Leo pun tiba di depan rumah kos Ina. Leo yang sudah tiba di depan rumah kosan Ina pun segera turun dari motornya dan bergegas mengetok pintu rumahnya.

Tok! Tok!

"Assalamualaikum Ina," panggil Leo.

Satu kali, dua kali bahkan untuk yang kesekian kalinya Leo berteriak memanggil nama Ina, Ina tak kunjung keluar dari rumah tersebut.

Leo pun merogoh ponselnya dan segera menghubungi Ina namun tidak dapat tersambung begitu juga dengan Achi. Mereka berdua tidak dapat dihubungi dan hal itu membuat perasaan Leo tidak karuan.

"Apa Ina sudah berangkat ke sekolah ya?" tanya Leo dalam hati.

Namun saat Leo hendak beranjak pergi dan menaiki motornya, ada seorang wanita paruh baya yang datang menghampirinya.

"Masnya mencari Davina ya?" tanya wanita paruh baya tersebut yang diiyakan oleh Leo.

"Davinanya sudah pindah mas sama Achi juga. Tadi pagi-pagi sekali mereka berangkat," jelas wanita paruh baya tersebut yang langsung membuat dunia Leo terhenti.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang