81

24 6 0
                                    

Setelah kejadian itu, Leo maupun Ina tidak pernah bertemu satu sama lain. Mereka fokus menjalani kehidupan mereka masing-masing dan Leo fokus menggapai mimpinya untuk menjadi seorang polisi. Ia bersama Abe mendaftar bersama dan berjuang bersama untuk bisa lolos menjadi polisi.

Selama itu, hari-hari Leo hanya berisi latihan dan latihan sehingga pelan-pelan kehadiran Ina dapat teralihkan. Dan hal yang paling membahagiakan adalah ia dan Abe lolos masuk polisi. Ya mereka berhasil menyelesaikan tes-tes tersebut dengan baik dan besok ia dan Abe harus pergi pendidikan. Sebenarnya Leo sangat mengharapkan Vino bangun dan mengucapkan selamat padanya hari ini juga. Ia ingin melihat Vino bangga padanya, namun sepertinya hal itu belum memungkinkan mengingat Vino masih belum terbangun dari komanya.

Setiap hari Leo datang ke ruang rawat Vino dan selalu berbagi cerita tentang perjuangannya mendaftar polisi dan hal apa saja yang ia alami pada hari itu. Leo sudah lelah menangisi keadaan abangnya sehingga saat ia datang menjenguk hanya ada cerita riang dan menyenangkan saja yang keluar dari bibirnya.

Hari ini ia dan mamanya datang lagi untuk menemani Vino. Saat sampai, ia melihat Liora yang sedang tertidur pulas di samping brankar Vino. Jujur saja Leo sedikit iri melihat keduanya. Kenapa Leo tidak bisa seperti mereka? Kenapa kisah cintanya tidak bisa berakhir bahagia?

"Dek," panggil Rinta saat Leo berdiri di samping brankar Vino dan menatap Vino lamat-lamat.

"Iya ma," sahut Leo

"Kamu pindahin Liora gih ke ranjang. Kasian dia pasti capek banget jagain abang kamu seharian," perintah Rinta.

Di dalam ruang rawat Vino memang tersedia satu ranjang tambahan untuk Liora maupun lainnya yang menjaga Vino untuk beristirahat. Ruangan ini hanya digunakan untuk kalangan tertentu saja seperti Vino yang notabene putra dari pemilik rumah sakit ini.

Leo segera menggendong Liora bridal style dan menidurkannya di ranjang.

Tidak lama kemudian Alden datang dan segera mendekat ke arah Vino dan mulai memeriksa kondisi putranya.

"Apa masih belum ada kemajuan pa?" tanya Rinta. Air mata Rinta bahkan sudah kering untuk menangisi kondisi putranya yang belum bangun dari komanya.

"Kondisi Vino sudah lebih baik dari kemarin. Papa yakin Vino akan segera bangun," jelas Alden.

Leo berjalan mendekati brankar Vino dan duduk di kursi samping brankar Vino.

"Bang lo bangun dong. Bentar lagi gue sama Abe mau berangkat pendidikan. Gue pengen lihat lo bangun dulu biar gue bisa tenang ninggalin lo nanti. Oh ya lo pasti nggak nyangka kan gue lolos tes polisi? Ya kan? Sama gue nggak nyangka tau bang." Leo berhenti sejenak dan menatap abangnya lama.

"Selama gue pendidikan nanti lo harus sudah bangun dari koma ya bang dan saat gue pelantikan nanti lo harus ikut hadir bareng mama sama papa. Dan satu lagi, gue pengen denger ucapan 'bangga' lo pada gue karena cuma lo doang yang belum ngucapin selamat maupun rasa bangga sama gue hehe," lanjut Leo.

"Kamu berangkat kapan dek?" tanya Rinta.

"Besok pagi mah. Malam ini Leo pengen nemenin abang di sini ya mah. Siapa tau aja abang bangun jadinya Leo bisa pamitan secara langsung sama abang," jawab Leo.

Alden tersenyum bangga pada Leo. Dia tidak menyangka jika Leo bisa membanggakannya seperti ini. Leonya sekarang jauh lebih dewasa dan sedikit mengurangi 'kegilaannya'.

"Papa bangga sama kamu dek," ucap Alden tulus sambil memeluk Leo.

"Ini semua karena mama sama papa dan abang. Leo bisa sampai sekarang karena kalian," ucap Leo sambil balas memeluk papahnya dan Rinta.

"Pa tangan abang gerak-gerak!!" pekik Leo keras yang membuat Liora sontak bangun dari tidurnya dan berlari mendekati Vino.

Alden segera mengecek kondisi Vino dan setelahnya dia tersenyum lega. Vinonya telah bangun dari koma.

"Bang lo udah bangun?!!!" tanya Leo penuh haru.

"Vin kamu udah sadar? Mana yang sakit?" tanya Liora dengan mata berkaca-kaca.

"Alhamdulillah sayang akhirnya kamu bangun. Mama sama papa kangen banget sama kamu," ujar Rinta sembari berlinang air mata.

"Yeri mana?" tanya Vino.

Deg!

Semua orang yang ada di ruangan tersebut sontak diam membeku dan mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang baru saja diucapkan Vino.

"Ap..apa maksud kamu Vin?" tanya Liora tergagap.

"Vino kecelakaan bareng Yeri dan sekarang Yeri mana? Yeri baik-baik saja kan??" panik Vino.

Alden segera memeriksa kembali Vino untuk mengetahui sebenarnya apa yang sedang terjadi.

"Bang, Yeri kan udah meninggal tiga tahun yang lalu bang. Lo kecelakaan bareng Daniel dan Abe bukan Yeri. Kecelakaan lo sama Yeri itu udah lama," jelas Leo lembut.

"Lo bohong!!!! Jelas-jelas gue kecelakaan bareng Yeri kok!! Gue yang bonceng Yeri pakai motor gue terus ada mobil yang-" ucapan Vino terhenti saat tiba-tiba memorinya terputar kembali. Vino meringis kesakitan dengan memegangi kepalanya.

"Bang lo nggak papa kan?" panik Leo dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Dek kamu panggil om Fery sekarang!!!" perintah Alden.

Leo segera bergegas memanggil Fery. Liora hanya diam berlinang air mata. Vinonya tidak mungkin lupa ingatan kan? Vinonya tidak akan melupakannya kan?

Tidak lama kemudian, Fery dan beberapa dokter lainnya datang untuk membantu Alden menangani Vino.

Setelah beberapa saat, Vino berhasil ditenangkan dan Alden berjalan ke arah Liora yang duduk di sofa yang berada tidak jauh dari brankar Vino ditemani Rinta.

"Kamu tenang saja. Vino baik-baik saja," ucap Alden.

"Vino tidak lupa ingatan kan om? Vino nggak lupa sama Liora kan?" tanya Liora pelan.

"Tidak. Vino tidak lupa ingatan. Dia masih tetap mengingat kamu hanya saja..." jelas Alden menggantung.

"Hanya saja apa pa?" desak Rinta.

"Trauma itu kembali. Trauma yang selama ini ingin dilupakan Vino kembali. Vino kembali mengingat kenangan buruknya dengan Yeri dan Vino berpikir kecelakaannya kali ini juga bersama Yeri," jelas Alden.

"Tapi dia masih tetap menyukai Liora kan pa?" tanya Leo memastikan.

"Papa tidak tau. Jika Vino masih berada di bayang-bayang kematian Yeri berarti itu tugas kita untuk membantunya keluar dari sana khususnya kamu Liora. Kamu yang bisa mengembalikan Vino," ucap Alden.

"Mungkin akan sakit saat kamu tau ternyata Vino kembali mengingat Yeri dan mungkin masih mencintainya di saat Vino sendiri adalah pacar kamu saat ini. Tapi om minta sama kamu untuk bersabar. Om yakin kamu akan berhasil," lanjut Alden.

"Liora akan berusaha om," jawab Liora.

Leo menghela nafasnya pelan sembari menatap Vino dengan penuh kesedihan. Rupanya kisah cinta Vino dan Liora tidak semudah yang Leo bayangkan. Mereka sama-sama sedang diuji sekarang.

"Gue yakin bang Vino bakalan ingat lagi sama lo kok. Lo harus sabar," ujar Leo pada Liora.

***

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang