39

73 13 89
                                    

Pagi harinya Vino terbangun terlebih dahulu dan segera menyiapkan makanan dan minuman hangat untuk Leo. Setelah selesai menyiapkan makanan, Vino hendak membawanya ke kamar Leo tapi Leo sudah berada di meja makan.

"Buat gue bang?" tanya Leo ceria lagi seperti biasanya.

"Hm. Padahal gue mau anterin ini ke kamar lo," ucap Vino sembari duduk di sebelah Leo.

Leo langsung menyantap makanannya dengan lahap. Melihat Leo sudah bersikap seperti biasanya lagi, Vino pun merasa lega dan mulai ikut menyantap makanannya.

"Bang gue minta maaf sama lo ya?" Ucap Leo membuka pembicaraan.

"Untuk apa?" Tanya Vino sembari menghentikan makannya.

"Kemarin gue mabuk dan kayaknya gue kasar sama lo deh," ujar Leo.

"Oh itu nggak papa. Emang lo ada masalah apa sampai mabuk kayak gitu?" Tanya Vino perduli.

"Nggak ada kok. Ehm ngomong-ngomong longlast ya bang sama Lio. Jagain dia, jangan sakitin dia, jangan bikin dia nangis, pokoknya gue nggak akan ngebiarin lo nyakitin Liora meskipun lo saudara kembar gue," ujar Leo yang malah membuat Vino berpikir yang tidak-tidak.

"Lo suka sama Liora?" tebak Vino to the point.

"Gue cuma perduli sama dia kok. Gue duluan bang, ada janji sama guru soalnya," pamit Leo tanpa menghabiskan makanannya terlebih dahulu.

Leo segera beranjak dari tempat duduknya dan berlari kecil menuju motornya. Vino merasa aneh dengan tingkah Leo. Tidak mungkin jika Leo punya janji dengan guru, kemarin-kemarin saja saat dipanggil ke ruang BK Leo memilih pergi ke kantin.

'Perasaan gue aja atau memang lo berusaha menghindar dari gue?' batin Vino.

🐣🐣🐣🐣

Ina membaca kembali pesan yang dikirimkan Leo padanya. Hari ini Leo mengiriminya pesan bahwa dia akan datang menjemputnya dan dengan amat menyesal, Ina pun meminta sopir yang ditugaskan Vino untuk mengantar jemputnya ke sekolah untuk pulang.

"Na lo yakin mau nunggu Leo?" tanya Achi yang sedang memakai sepatu sekolahnya.

"Iya," jawab Ina menganggukkan kepalanya.

"Kalau dia nggak datang gimana? Telat dong lo ke sekolahnya," ujar Achi.

Ina menghembuskan nafasnya pelan dan mulai berjalan menuju halaman kontrakannya. Suara deru motor Leo sama sekali belum terdengar. Apa Leo lupa menjemputnya?

"Leo belum datang juga?" tanya Achi yang menyusul Ina ke halaman rumah. Ina hanya menggelengkan kepalanya lesu.

"Yaudah lah kita berangkat aja daripada nanti telat," ajak Achi sembari menggandeng tangan Ina.

Ina pun mendesah pelan sebelum akhirnya ia menerima ajakan Achi.

"Na mana sopirnya yang ditugaskan Vino buat antar jemput lo?" tanya Achi sembari mengamati sekitar mencari di mana sopir itu.

"Gue suruh pulang," jawab Ina lesu.

"What?!!!! Kenapa lo suruh pulang?!!" sembur Achi.

"Ya kan gue dijemput Leo Chi," jawab Ina polos.

"Iya lo enak dijemput Leo lah gue?! Lo mau gue ngesot dari sini ke sekolah?!!" marah Achi.

"Ya maaf," ucap Ina.

Achi menatap sebal ke arah Ina namun begitu melihat tangan Ina yang terluka dan betapa lesunya Ina, ia jadi tidak tega. Achi pun merangkul pundak Ina sembari menepuk pelan.

"Yaudah yuk kita naik bis aja kayak dulu," ide Achi sembari menyunggingkan senyumnya.

Ina yang melihat Achi tersenyum malah membuatnya ingin menangis. Achi yang melihat mata Ina mulai berkaca-kaca pun langsung memeluk Ina.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang