47

37 11 48
                                    

Begitu tiba di rumah sakit, wajah Vino berubah panik saat dia melihat Ina yang berteriak-teriak memanggil dokter sambil berulang kali mengusap air matanya. Tak lama kemudian, dokter datang dan langsung memasuki ruang rawat Leo.

Vino berlari menuju Ina yang sedang duduk di ruang tunggu.

"Leo kenapa?!" tanya Vino panik.

"Yo....Yoyo bunuh diri hiks....hiks," ucap Ina berlinang air mata.

Ina langsung memeluk Vino dan langsung menumpahkan semua kekhawatirannya pada Leo di dada Vino.

Vino terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Ina. Vino tidak pernah berpikir sejauh ini jika Leo berniat mengakhiri hidupnya. Sekarang dia merasa menjadi kakak paling brengsek untuk Leo. Tidak seharusnya dia memberitahukan kematian Riski pada Leo.

"Bagaimana keadaan Leo sekarang?" tanya Vino. Perlahan tangan Vino ikut memeluk Ina untuk menenangkan gadis itu.

Ina hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dan masih terus terisak. Vino mengusap punggung Ina pelan agar Ina tenang namun sepertinya tidak berhasil karena Ina semakin menangis keras.

"Leo akan baik-baik saja," ucap Vino pada Ina, ah lebih tepatnya untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa adiknya baik-baik saja.

"Ada apa?" tanya Daniel yang baru tiba.

Belum sampai Vino menjawab pertanyaan Daniel, dokter alias om Fery sudah keluar dari ruang rawat Leo.

"Gim..hiks....gimana..hikss...kon..kon hikss...." ucap Ina yang belum selesai.

"Gimana kondisi Leo sekarang om?" potong Vino karena tidak sabar menunggu Ina menyelesaikan perkataannya.

"Untung saja lukanya tidak mengenai nadinya sehingga masih bisa diselamatkan. Tapi Leo kekurangan darah. Vin darah kamu AB kan? Bisa kamu donorkan darah kamu buat Leo?" tanya om Fery.

"Iya om," jawab Vino.

Tiba-tiba saja perkataan Daniel terngiang-ngiang di kepalanya.

'Jika bukan karena kita kalah jumlah, gue yakin Crows nggak bakalan hancur kayak gini,' ucap Vino dalam hati.

Vino berencana setelah ia mendonorkan darahnya untuk Leo, dia akan melakukan sesuatu.

🐣🐣🐣🐣🐣

Achi terus saja berusaha menenangkan Ina yang terus saja menangis karena mengkhawatirkan Leo. Vino ijin pergi sebentar karena ada keperluan sehingga hanya ada Achi dan Ina yang menunggu Leo. Achi menatap iba ke arah Ina. Achi tau perasaan Ina pada Leo tidak pernah main-main, lihat saja sekarang ini betapa hancurnya Ina begitu melihat Leo bunuh diri.

"Na udah dong jangan nangis terus. Leo baik-baik saja kok, lo tenang aja. Gue yakin sebentar lagi Leo bakalan sadar. Sadar kalau dia telah menyia-nyiakan seseorang yang sangat mencintai dia," ujar Achi yang langsung membuat Ina mendongakkan kepalanya menatap Achi.

"Gue terharu sama perjuangan lo Na. Lo tetap aja suka sama Leo padahal lo udah disakiti Leo seberapa banyak pun," lanjut Achi.

Ina menatap Achi dengan masih berlinang air mata.

"Kalau gitu ceraikan Leo Chi," ujar Ina.

"Lo mau gue hajar Na?" tanya Achi dengan wajah datarnya.

Ina mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Achi. Ia pun kembali duduk dan melanjutkan tangisnya yang belum usai.

"Dokter," panggil Achi begitu melihat om Fery keluar dari ruang rawat Leo.

"Bagaimana keadaan Leo dok?" tanya Ina yang kini berada di samping Achi.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang