83

32 7 0
                                    

Sudah dua tahun berlalu sejak terakhir kali ia berkunjung ke makam Riski dan Daniel. Leo sudah berhasil menyelesaikan pendidikan polisinya dan bahkan ia juga menghadiri acara pernikahan Vino dengan Liora yang di selenggarakan dengan pesta yang sangat mewah.

Leo merasa bahagia dengan pernikahan keduanya namun di sisi lain ia merasa sedih karena identitas Vino dan Liora harus diganti. Bahkan abangnya itu juga harus tinggal di Russia dan berprofesi sebagai seorang mafia untuk melindungi putranya Daniel yang diadopsinya. Dan terlebih lagi Vino dan Liora terpaksa dikabarkan mati kecelakaan. Sekarang yang ada hanyalah Arvind dan Laura. Ya mereka sengaja mengubah identitas mereka.

Ayah Sella seorang mafia jadi bisa dipastikan Vino akan kalah jika ia tidak bekerja menjadi seorang mafia dan memiliki koneksi yang melebihi ayahnya Sella. Oleh karena itu mau tidak mau abangnya itu harus bekerja sebagai seorang mafia dan mengorbankan cita-citanya yang ingin menjadi seorang dokter. Leo tidak habis pikir kenapa abangnya mau melakukan hal itu dan mengorbankan cita-citanya. Tapi ia tidak memungkiri dengan sifat Vino yang seperti itu mustahil baginya untuk menolak menjadi seorang mafia dan mengorbankan cita-citanya untuk melindungi putranya Daniel. Vino tipikal orang yang rela mengorbankan apapun untuk orang yang berharga baginya dan sepertinya Daniel termasuk menjadi orang yang berharga bagi Vino terlepas Daniel telah melakukan pengkhianatan pada Crows.

Melihat hal itu, Leo merasa bersyukur setidaknya keinginannya menjadi seorang polisi bisa terwujud. Tapi ada satu hal yang membuatnya kecewa. Ia dipindah tugaskan di daerah Tulungagung. Kota kelahiran sekaligus tempat tinggal Ina. Kota ini juga yang membuatnya teringat saat Ina mengucapkan kata-kata menyakitkan itu. Kota ini juga menjadi saksi berakhirnya hubungan Leo dan Ina.

Leo sudah susah payah menghapus semua kenangan dan luka yang diberikan Ina padanya tapi jika ia berada di kota ini apakah Leo yakin dia bisa? Kota ini masih menyimpan kuat memorinya tentang Ina. Leo tidak ingin karena ia bertugas di kota ini, seluruh upayanya untuk melupakan dan menghapus perasaannya pada Ina menjadi sia-sia.

Oh ayolah Yo, lo harus bersikap profesional!

"Mas Leo?"

Panggilan seorang laki-laki sebayanya berhasil menyadarkannya. Laki-laki tersebut bernama Rio. Teman dekatnya semenjak ia mengikuti pendidikan polisi dan sekarang mereka di tugaskan berdua di kota yang sama. Leo sudah pernah meminta Rio agar memanggilanya dengan namanya saja tanpa embel-embel mas, namun Rio tidak menggubrisnya dan terus saja memanggilnya mas Leo.

"Mas ayo turun," ajak Rio menyadarkan Leo.

Leo segera turun dari mobil dan mengedarkan pandangannya ke segala arah dan mengamati keadaan sekitar. Suasana kota ini masih sama seperti pertama kali ia datang kemari. Leo segera membantu Rio memindahkan barang-barang ke dalam mess.

Setelah selesai, sembari menunggu giliran untuk mandi Leo pun duduk di kursi teras.

Sudah berapa lama ya ia tidak bertemu Ina? Bukankah mereka terakhir kali bertemu saat acara kelulusan mereka? Lagipula situasinya saat itu sangat tidak mengenakkan dan setelahnya Leo benar-benar tidak pernah bertemu dengan Ina ataupun mendengar kabarnya sedikitpun. Entahlah mungkin dia sudah hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Eh kalau dipikir-pikir mungkin Ina sudah memiliki seorang anak kali ya? Kira-kira anaknya sekarang umur berapa ya?

Setelah tersadar dengan lamunannya, Leo segera menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir segala sesuatu yang berkaitan dengan Ina di kepalanya. Oh ayolah kenapa melupakan seseorang sesulit ini? Tidak adakah cara melupakan seseorang secepatnya? Ini sudah lebih dari dua tahun namun ternyata perasaan Leo pada Ina tetap sama. Leo masih terlalu mencintai Ina.

Apa gue tunggu jandanya Ina aja kali ya?

"Hayo mas Leo lagi mikirin siapa?" goda Rio sembari duduk di kursi samping Leo dengan handuk yang menggantung di lehernya.

"Mikirin lo," goda Leo sembari tersenyum genit.

"Astagfirullah aku masih normal loh mas," jawab Rio.

"Bercanda," ujar Leo.

"Mas Leo buruan mandi dulu sana mumpung ada yang kosong. Setelah ini aku mau pulang ke rumah sebentar, ibu sama bapak kangen katanya," kata Rio sembari mengeringkan rambutnya.

"Gue ikut ya?"

"Ayo, tapi mas Leo mandi dulu sana."

"Oke."

*****

Leo dan Rio sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tua Rio. Mereka menggunakan motor milik salah satu senior mereka.

"Gue pernah kesini dulu," ucap Leo membuka pembicaraan.

"Beneran mas? Kapan?" tanya Rio antusias.

"Lupa. Mungkin sekitar dua tahun yang lalu," jelas Leo sembari tersenyum kecut. "Ini nih ini," lanjut Leo sembari menunjuk jalanan yang baru saja mereka lewati.

"Apa mas?" tanya Rio bingung.

"Gue jatuh di situ. Pas di tempat yang gue tunjuk tadi. Waktu itu gue ke sini buat cari seseorang tapi sebelum sampai gue malah atraksi di sini. Gila malu banget gue dikerubungi banyak orang. Untung setelah itu ada pak Warto yang nolongin gue," jelas Leo menceritakan kenangannya dulu.

"Mas Leo jatuh di sini? Aku pikir mas Leo jago balapan loh mas," ujar Rio sembari tertawa terbahak-bahak.

"Ngawur! Yang jago itu abang gue eh tapi masih kalah jago sama istrinya sih," kata Leo sembari memukul helm Rio pelan.

"Loh abangnya mas Leo itu saudara kembarnya mas Leo kan?"

"Iya."

"Berarti seumuran sama mas Leo?"

"Hm."

"Wah nikah muda ya mas? Semoga cepat diberi momongan deh kalau gitu," ujar Rio.

"Udah di kasih malah," jawab Leo santai.

"Hah? Terus sekolahnya bagaimana?"

"Kerja dia," jawab Leo.

"Kerja di perusahaan papanya mas Leo?"

"Bukan."

"Lalu?"

"Mafia."

Ckitttttt!!! Brak!!!!

"Arghh!!"

*****

Leo tersenyum geli begitu mengingat kejadian kemarin saat ia dan Rio jatuh dari motor karena Rio tidak sengaja menabrak pembatas jalan. Rio pasti terkejut begitu mengetahui bang Vino seorang mafia sehingga ia tidak fokus berkendara. Untung saja luka mereka tidak parah dan hanya luka goresan sedikit saja sehingga hari ini mereka berdua sudah siap bekerja.

Leo dan Rio di tempatkan di tempat yang berbeda. Leo di tempatkan di sebuah perempatan di dekat rumah sakit untuk mengatur lalu lintas sedangkan Rio berada di kantor untuk pelayanan masyarakat.

Sejak ia sampai dan bertugas, Leo tidan henti-hentinya berdoa dalam hatinya agar ia tidak bertemu Ina. Yah setidaknya walaupun secara tidak sengaja Ina lewat jalan ini semoga saja Ina tidak menyadari keberadaan Leo.

Leo masih belum kuat hati jika harus bertemu dengan Ina. Oh ayolah ini sudah lebih dari dua tahun tapi kenapa bayangan Ina masih terus terngiang-ngiang di kepalanya? Dan kenapa saat ini bukannya Leo membenci Ina namun Leo justru merindukannya?

"Leo!!"

Astaga suara itu. Suara yang sangat di kenali Leo. Kenapa saat Leo memikirkannya tiba-tiba suara itu terdengar memanggilnya?

"Leo!!"

Fiks! Ini hanya halusinasi saja! Tidak mungkin dia ada di sini dan memanggilku.

"Leo!!"

Leo enggan membalikkan badannya untuk melihat siapa yang sedang memanggilnya. Namun suara itu terus saja berteriak memanggilnya yang mau tidak mau membuat Leo membalikkan badannya.

Tin!!!!

Brak!!!

"Yoyo!!!!!!"

*****

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang