59

44 11 38
                                    

Achi yang baru saja selesai mandi pun berjalan mendekat ke arah Ina yang kini duduk termenung di depan teras rumah. Sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, Achi pun duduk di samping Ina.

"Lagi ngapain?" tanya Achi.

"Nggak ngapa-ngapain," jawab Ina.

"Perasaan tadi gue denger ada suaranya Leo deh," uhar Achi.

"Iya," jawab Ina tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Terus dia sekarang kemana? Dia nggak papa kan? Crows menang kan?" tanya Achi bertubi-tubi.

"Iya, Crows menang kok tapi kayaknya gue kalah deh Chi," lirih Ina di kalimat terakhirnya.

"Hah maksudnya?" tanya Achi bingung.

"Yuk Chi beli batagor, gue lapar," ujar Ina tanpa menjawab pertanyaan Achi.

"Gue sih mau tapi gue lagi sibuk nonton drakor Na. Lo aja yang beli gimana?" ujar Achi sembari menampilkan senyuman manisnya.

"Itu sih bukan sibuk Chi tapi menyibukkan diri!" cibir Ina sembari melangkahkan kakinya keluar rumah.

🐣🐣🐣🐣🐣

"Makasih ya mang," ucap Ina sembari menerima pesanannya dan segera membayarnya.

"Sama-sama neng. Neng Ina ke sini naik apa?" tanya penjual batagor tersebut perhatian.

"Jalan kaki mang," jawab Ina.

"Waduh kok jalan kaki sih neng," ujar penjual batagor tersebut dengan nada khawatir.

"Memangnya kenapa mang?" tanya Ina penasaran.

"Nggak papa sih neng, cuma katanya sekarang lagi rawan begal. Mang Udin takut nanti neng Ina kenapa-napa," ujar mang Udin perhatian.

"Kalau begitu Ina buruan cepat pulang aja ya mang daripada nanti keburu begalnya ada," pamit Ina pada mang Udin.

Setelahnya Ina langsung berlari agar ia cepat sampai rumah. Namun Ina melupakan sesuatu. Bukankah Ina tidak bisa lari?

Bruk!!

"Argh!" pekik Ina kesakitan.

Benarkan apa kata Leo, Ina itu tidak bisa lari. Baru beberapa meter Ina berlari, Ina sudah jatuh tersandung batu besar yang ada di depannya sehingga kedua lututnya terluka ditambah luka di tangannya kembali tergores.

Dalam benak Ina yang ada sekarang hanyalah rasa takut semata. Ia takut jika ia bertemu dengan para begal itu.

"Ina kan tidak punya motor jadi apa yang akan di begal dari Ina?" ujar Ina mencoba menenangkan dirinya dan Ina pun segera bangkit untuk melanjutkan perjalanannya.

"Iya, mereka nggak akan ngapa-ngapain Ina. Ina kan nggak punya apa-apa," ujar Ina lagi mencoba menghilangkan ketakutan di hatinya.

Hari itu suasananya sedikit mencekam dengan gerimis ringan yang mengiringi langkah Ina, belum lagi suasana jalan yang tampak sepi mengingat jalan ini memang hanya hamparan lahan kosong dengan semak belukar yang tumbuh besar menambah suasana semakin mencekam.

Brmm!!

Brmm!!

Tubuh Ina langsung mendadak beku di tempat. Itu suara motor. Tidak! Mungkin itu lebih dari dua motor!

Ina segera merogoh ponselnya untuk menghubungi Leo untuk segera menjemputnya. Karena jujur saja Ina sangat ketakutan sekarang.

"Wuihh ada cewek nih bro!" teriak salah satu dari mereka yang melihat keberadaan Ina.

Ina dapat melihat tiga motor lainnya mendekat ke arahnya dan hal itu malah membuat tubuh Ina bergetar ketakutan.

"Jangan takut, kita nggak bakalan gigit lo kok hahaha," ujar salah satu dari mereka yang memiliki tato singa di lengannya, belum lagi tindik di hidung dan telinganya semakin menambah aura kepremanannya.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang