82

33 6 5
                                    

"Jadi abang bohongin Leo pa??!!" pekik Leo terkejut.

Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin rumah sakit. Sedari tadi Leo mengeluh kelaparan dan papanya membawanya ke kantin rumah sakit alih-alih membawanya ke restoran mewah. Leo tidak mempermasalahkan di mana ia makan karena yang ia masalahkan adalah perutnya yang kelaparan. Di manapun yang penting kenyang, itulah prinsip Leo.

"Iya hehe," cengir Alden dengan wajah tanpa dosanya.

"Wah sumpah jahat banget. Kenapa papa kayak gitu coba? Kenapa bang Vino harus pura-pura amnestesi? Kasian Liora tahu!" protes Leo.

"Amnesia Yo," koreksi Alden sembsri tersenyum geli.

"Bodo amat. Susah namanya," ujar Leo.

"Besok jadi ke tempat Daniel?" tanya Alden lembut.

Leo pun menatap wajah Alden dengan tersenyum sendu.

"Iya, Leo kangen sama Daniel," ucap Leo tersenyum.

"Ada hal yang ingin papa sampaikan sama adik," ujar Alden.

"Tentang?"

"Putra Daniel," jawab Alden singkat.

"Hah??"

"Sella baru saja datang mengunjungi Vino dan dia menangis. Sella bilang dia sedang mengandung putranya Daniel, dia ingin Vino merawat bayinya karena papanya memerintahkan Sella untuk menggugurkannya," jelas Alden.

"Papa tahu dari mana kalau itu anaknya Daniel? Bisa aja Sella bohongi papa dan abang. Sella aja bisa loh pa berkhianat sama Daniel dengan menikahi papanya Daniel. Apa papa tidak berfikir siapa tahu aja itu anaknya om Darka bukan anaknya Daniel," ujar Leo mengutarakan pendapatnya. Itu bisa saja terjadi bukan? Sella menikah dengan Darka bukan Daniel jadi kenapa kita harus percaya jika itu anaknya Daniel?

"Sella mengaku pada papa jika dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun kecuali Daniel bahkan dengan Darka pun dia tidak pernah," jelas Alden meyakinkan putranya.

"Bisa saja Sella berbohong," kekeuh Leo.

"Dengarkan papa. Entah itu anak Daniel atau Darka, mereka sama-sama sudah meninggal dik. Anak yang dikandung Sella tidak memiliki ayah dan sekarang kakeknya berusaha membunuhnya karena itu putranya Daniel bukan Darka. Apa itu belum bisa meyakinkanmu jika bayi yang dikandung Sella memang putranya Daniel?" tanya Alden pada Leo.

Leo yang mendengar penuturan papanya pun menggeleng ragu sebagai jawaban.

"Yo anak yang dikandung Sella tidak tahu apapun, dia tidak salah. Kamu boleh membenci Sella tapi tidak dengan anaknya dan lagipula abangmu menyetujui untuk mengadopsi putranya Daniel," jelas Alden yang membuat Leo tidak dapat berkata-kata lagi.

"Maaf," lirih Leo.

"Kenapa minta maaf? Ah sudahlah ayo kita pulang, kamu harus packing untuk keberangkatanmu besok," ajak Alden sembari merangkul pundak putranya. "Aku tidak menyangka putraku menjadi seorang polisi," lanjut Alden sembari mengelus rambut Leo.

****

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Leo dan Abe menjemput Vino di rumah sakit. Hari ini mereka akan mengunjungi makam Daniel. Leo dan Abe menunggu Vino di depan ruang rawatnya. Setelah beberapa lama menunggu, Vino pun keluar dengan Liora dan menghampiri mereka. Leo dan Abe dapat membaca ekspresi di wajah Vino. Keduanya kompak mendekati Vino dan Abe menepuk pundak Vino pelan sedangkan Leo merangkul pundak abangnya tersebut. Mereka berdua seolah memberi tahu Vino jika itu semua sudah takdir bukan salahnya.

"Semuanya sudah takdir, bukan salah lo," bisik Abe pada Vino.

"Jangan sedih bang. Daniel juga nggak bakalan tenang kalau lihat abang sedih," ujar Leo sembari tersenyum lembut ke arah Vino.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang