14. Pertengkaran Vernon dan Digo

420 30 11
                                    

"Kamu kenapa dek?" tanya Rinta yang heran dengan wajah Leo yang baru saja datang tampak memerah dan matanya sembab.

"Leo nangis mah," jawab Vino sedangkan Leo langsung bergegas menuju kamarnya.

"Nangis kenapa bang?"

"Hari ini suntik difteri mah dan Leo nangis gara-gara itu," jelas Vino.

"Dan abang ngejadiin Leo bahan taruhan mah," adu Leo yang baru beberapa langkah menaiki tangga dengan air mata yang kembali mengalir.

"Abang!!" tegur Rinta.

"Lo nangis karena itu?" tanya Vino.

Vino tidak menyangka jika Leo akan nangis hanya karena dia dijadikan bahan taruhan. Bukannya kemarin saat HPnya dia celupkan ke es teh Leonya biasa saja?? Kenapa hal sepele seperti ini bisa membuat Leo nangis?

"Bukan. Gue nggak nangis karena itu secara gue kan udah terbiasa lo jahati."

"Lah terus?"

"Gue nangis karena harkat dan martabat serta harga diri gue jatuh anjirr di depan cewek-cewek gara-gara takut suntik huaaaa ntar kalau nggak ada yang suka sama gue lagi gimana huaaa?" raung Leo.

"Anjirr gue kira apaan."

"Yaudah sih dek, lebih baik dibenci karena jadi diri sendiri daripada disukai tapi jadi orang lain. Iya kan?  ngapain pura-pura nggak takut kalau aslinya takut hanya untuk gengsi? Udahlah mending adek ganti baju dulu lalu turun untuk makan," ujar Rinta.

Leo mengangguk lesu dan kembali berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Duk!!!!

"Huaaaaa mamahhhh lengan adekkkk kepentok pintu!!! Huaaaa bekas suntik Leo nyut-nyutan lagi!!!"

Vino dan Rinta yang berada di lantai bawah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar teriakan Leo.

"Mamah dulu waktu hamil nyidam apasih?"

♡♡♡♡♡

Tok tok tok

"Yo!"

"Leo!!"

"Woy nih bayi singa hilang kemana sih?!!!!"

"Woy adek Leo!!! Buka pintunya njir!!"

"Si adek kecil kemana sih?" tanya Vernon pada Digo karena sedari tadi dia mengetok pintu kamar Leo, siempunya kamar sama sekali tidak membuka pintunya.

"Lagi nangis kali," jawab Digo.

"Masa?"

"Coba lo tanya abang Vino deh."

"Oke-oke."

Vernon dan Digo bergegas menuju kamar Vino dan mulai mengetok pintu kamar Vino.

"Eh bentar dulu," cegah Digo saat Vernon akan mengetok pintu kamar Vino.

"Apa?"

"Kalau mau ngetok pintu kamar Vino harus pakai perasaan alias pelan-pelan. Gue nggak mau ya kalau si abang Vino marah gara-gara lo ngetok pintunya nggak aturan. Gue masih sayang nyawa njir. Kalau pintu kamar Leo mah gue bodo amat mau lo tendang kek mau lo dobrak kek mau lo hancurin sekalian pun gue nggak peduli," ujar Digo.

"Oh gitu jadi lo mau ngehancurin pintu kamar gue gitu?" tanya seseorang di belakang Digo.

"Eh lo Yo. Hehe anjir lo nongolnya kok nggak bilang-bilang sih kayak jelangkung. Jantung gue hampir copot tau," ujar Digo sembari tersenyum kaku.

"Bodo amat gue, mau lo nggak punya jantung kek mau jantung lo copot kek gue nggak perduli!" ucap Leo.

"Jahat banget lo sama gue njir. Lagian masih mending gue lah nggak punya jantung dari pada lo kayak pisang punya jantung tapi nggak punya hati," balas Digo.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang