16. A Friend?

419 28 30
                                    

"Kaki lo nggak papa Na? " tanya Achi khawatir sembari membersihkan luka di kaki Ina.

"Nggak papa. Cuma perih dikit kok paling sebentar lagi sembuh," ujar Ina.

"Maaf ya Na gue nggak sengaja. Pasti sakit banget ya Na?" ujar Achi menyesal.

"Nggak papa Chi. Nggak usah merasa bersalah kamu kan nggak sengaja."

Achi menatap Ina lama lalu sedetik kemudian dia memeluk Ina.

"Gue merasa bersalah banget Na. Gue udah permaluin lo. Gue nggak enak Na," raung Achi.

"Achi nggak usah lebay. Beneran nggak sakit kok. Lagian malah seharusnya aku berterima kasih sama kamu, gara-gara kamu Leo minta aku jadi temennya. Makasih banyak ya Chi."

Achi melepaskan pelukannya pada Ina dan menatap Ina dengan pandangan kesal.

"Iya juga ya Na. Hiihhhh kenapa enak banget sih Na jadi lo huaaaa. Kan harusnya gue," teriak Achi sembari menghentak-hentakkan kakinya.

Ina hanya tersenyum geli melihat tingkah Achi yang mencak-mencak tidak karuan.

Sungguh rasa sakit di kakinya benar-benar tidak terasa. Rasa sakitnya sudah teralihkan dengan perasaan bahagianya karena Leo memintanya untuk menjadi temannya. Yah meskipun hanya teman, tapi setidaknya dia bisa lebih dekat dengan Leo kan?

Ting!

Ina segera merogoh ponselnya. Disana terpampang nomor tidak dikenal yang mengiriminya sebuah pesan.

082213******: P

082213****** :Na keluar yuk
Gue udah didepan
rumah lo.

082213******: Leo

Secara reflek Ina langsung menuju jendela kamarnya dan mengintip dari balik jendela tersebut untuk melihat apakah yang baru saja mengiriminya pesan adalah Leo atau bukan.

Dan benar saja. Disana di halaman rumah kontrakannya, Leo terlihat sedang berdiri di depan motornya sembari memainkan ponselnya.

"Achii!! Yoyo ngajak aku keluar!" panik Ina.

"Hah serius?!!! Huaaaa gue cemburu!! Ina suami gue mau jalan sama lo, gue harus gimana???" raung Achi semakin menjadi.

"Achi aku harus bagaimana?"

"Ya lo dandan yang cantik lah habis itu keluar temuin Leo terus cabut deh lo berdua," jawab Achi cepat namun sedetiknya dia mulai meraung-raung tidak jelas lagi.

"Inaaaa kenapa gue malah bantuin lo huaaaa!!"

"Ah bodoamatlah."

Tanpa mengganti baju tidurnya, Ina segera lari eh lebih tepatnya lari dengan kaki pincangnya menghampiri Leo.

Brak!!!

Saking senangnya tanpa sengaja Ina membuka pintu rumah kontrakannya dengan keras sehingga menimbulkan suara yang nyaring. Suara tersebut berhasil mengalihkan pandangan Leo dari ponselnya.

"Gue kira lo jatuh lagi atau gimana? Gue kaget banget loh Na!" ucap Leo yang dibalas cengiran oleh Ina.

Malam ini Leo tampak lebih tampan dengan celana jeans hitam dan jaket kulit hitamnya. Leo benar-benar pacar idaman. Tidak salah lagi kalau Ina benar-benar menyukainya.

"Kaki lo nggak papa?" tanya Leo sambil memperhatikan luka di kaki Ina.

"Nggak papa. Udah nggak sakit lagi kok," ucap Ina malu-malu.

"Santai aja kalau sama gue. Kita kan teman jadi nggak usah lah malu malu kayak gitu. Oh ya gimana nih jadi keluar nggak?"

Ina memperhatikan penampilan Leo lalu melihat ke dirinya sendiri. Dia dan Leo beda jauh. Leo terlihat modis sedangkan dirinya tidak lebih dari seorang gembel. Lihat saja, dia hanya memakai piyama dengan sandal jepit swallow warna hijau.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang