12. Suntik Difteri

654 35 4
                                    

"Minggirrrr yang nggak minggirr gue tabrak!!!"

Ina yang mendengar suara yang tidak asing di telinganya tersebut sontak menolehkan pandangannya kearah sumber suara.

Ina tersenyum kecil melihat kehebohan yang diciptakan Leo. Bagaimana bisa dia naksir seseorang yang  gila seperti Leo??

"Na sumpah suami gue lucu banget Naa. Aaaaaa gue jadi tambah gemes banget pengen nyubit pipinya," komentar Achi sambil senyum-senyum sendiri dengan kedua tangannya yang diletakkan di pipinya.

"Chi. Padahal Leo kan rada gila ya, tapi kok aku makin cinta ya?" tanya Ina tanpa mengalihkan perhatiannya dari Leo.

"Lebay lo. Udah yuk ke kelas, gue mau pakai gincu dulu sebelum pak Ahmad guru ganteng gue masuk ke kelas."

"Ih Achi ganjen," komentar Ina.

"Terserah gue lah."

Ina mengikuti langkah Achi yang berjalan memasuki kelas. Setelah memasuki kelas, Ina memperhatikan Achi yang sedang sibuk mengobrak-abrik isi tasnya seperti sedang mencari sesuatu.

"Na, lo lihat gincu gue nggak?" tanya Achi.

"Gincu yang mana? Nggak lihat tuh," jawab Ina sambil bermain game di HPnya.

"Itu yang warnanya merah."

"Jangan pakai merah ntar kayak cabe-cabean."

"Ih justru itu warna yang paling bagus Na. Udah siniin gincu gue, pasti lo sembunyiin kan?" tuduh Achi sambil mengambil HP Ina.

"Enggak kok. Vina nggak tau," elak Ina berusaha mengambil HPnya kembali.

"Gue serius Na. Lo sembunyiin kan?" tuduh Achi.

"Terserah mau percaya atau nggak. Sini balikin HPnya."

Achi mengembalikan HP Ina dengan mencebikkan bibirnya karena gincu terbaiknya yang baru dibeli kemarin sudah lenyap tak bersisa udah gitu masih ngutang lagi belum bayar.

"Achi. Nih gue balikin gincu lo makasih ya," ucap Aurel sambil menyerahkan gincu berwarna merah yang sedari tadi sibuk dicarinya.

Vina bergidik ngeri kearah Achi yang seperti mengeluarkan asap dari kepalanya. Vina berinisiatif mengambil sebuah buku lalu mengipas-ngipaskan kearah Achi.

"AUREL. SIALAN LO YA, GINCU TERBAIK DAN TERMAHAL GUE YANG MASIH NGUTANG UDAH LO PAKAI AJA!! UDAH GITU NGGAK BILANG-BILANG LAGI. SINI LO MATI SAMA GUE!!" teriak Achi sambil menarik seragam belakang Aurel.

"Eh anjir seragam gue masih baru njir ntar robek kalau lo tarik-tarik kayak gitu!" protes Aurel.

"Bodo amat. Masih berharga gincu gue dari pada seragam lo!" balas Achi enggan melepas tangannya dari seragam Aurel.

"Achi zudah lepasin seragamnya Aurel. Itu pak Ahmad otw ke kelas."

Spontan Achi langsung melepaskan seragam Aurel dan segera duduk di bangkunya.

"Gincu gue tadi gue taruh mana Na?"

"Nggak tau. Udah kamu diam jangan bergerak mulu!" tegur Ina.

Belum sempat Achi menjawab, pak Ahmad sudah masuk ke kelas. Sontak seluruh siswa langsung diam di tempat duduk mereka masing-masing kecuali Achi yang memasang wajah cemberut sedangkan Aurel sibuk tersenyum genit kearah pak Ahmad.

"Pagi anak anak."

"Pagi pak."

Ternyata pak Ahmad masuk ke dalam kelas tidak sendiri tetapi ada juga beberapa orang berseragam putih yang sekarang berdiri di depan kelas.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang