56

34 8 5
                                    

Di sisi lain sesuai janji Alden yang akan menangani Bloody, Alden dengan ditemani Bimo, sekretaris sekaligus sahabatnya itu tengah dalam perjalanan menuju markas Bloody. Mereka hanya berdua saja tanpa ditemani pengawal ataupun anak buah lainnya.

"Semuanya sudah dipersiapkan?" tanya Alden pada Bimo.

"Seperti yang lo minta," jawab Bimo.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Alden dapat melihat anak buah Hery yang sepertinya sedang bersiap-siap pergi untuk membantu Armament.

Alden dan Bimo berjalan dengan santai ke arah markas Bloody. Anak buah Bloody langsung memasang tatapan tajam dan langsung menghalangi jalan Alden dan Bimo.

"Ada perlu apa kalian ke sini hah?!!" tanya salah seorang anggota Bloody yang diperkirakan berumur dua puluh lima tahunan itu.

"Pimpinan lo ada?" tanya Alden.

"Ngapain kalian nyari bos kami?!!!" tanyanya dengan nada tinggi.

"Bukan urusanmu! Di mana bosmu sekarang?!!" tanya Alden sekali lagi.

"Huh kalau mau ketemu bos kami, kalian harus lawan kami dulu!!!" tantangnya.

Alden hanya memutar bola matanya jengah dengan basa basi anak buah Bloody yang ada di hadapannya ini.

"Nggak usah sok jagoan. Kita ke sini cuma mau ketemu sama Hery," ujar Bimo.

"Kalian meremehkan kita?!!!" tanya anak buah Bloody tersebut dengan nada tersinggung yang kentara dengan jelas. "Semuanya, kita serang mereka!!!!!" lanjutnya memberi perintah pada anak-anak yang lain.

Sontak seluruh anak buah Bloody bersiap-siap untuk berlari menyerang Alden dan Bimo.

"Kesalahan karena lo cuma ngajak gue aja ke sini. Kalau gue lecet sedikitpun, lo harus naikin gaji gue tiga kali lipat," ujar Bimo.

"Sial, gue pikir mereka udah berangkat buat bantuin Armament," bisik Alden.

"Kalau mereka sudah berangkat itu sama saja lo bunuh anak lo sendiri bego!" ucap Bimo.

"Gue bos lo kalau lo lupa. Gue akan bayar lo sesuai jumlah musuh yang berhasil lo kalahin gimana?" tawar Alden.

"Oke siap!!" jawab Bimo semangat.

"Dasar mata duitan!"

"Ntar dulu, lo udah bikin surat wasiat belum?" tanya Bimo.

"Sialan, lo ngedoain gue mati?!!" tanya Alden tidak terima.

"Ye santai dong. Maksud gue kalau lo belom buat surat wasiat, gue akan lebih ekstra jagain lo. Karena gue nggak mau ntar anak bini lo rebutan harta warisan," tukas Bimo.

Sedetik kemudian Alden dan Bimo bertarung melawan anak buah Bloody.

Meskipun mereka hanya berdua, mereka dapat mengalahkan hampir separuh anak buah bloody.

"Lima belas!" teriak Bimo sambil terus memukuli anak buah bloody.

"Enam belas! Den, gue dapet enam belas orang berarti enam belas juta ya?!!" teriak Bimo pada Alden sambil terus memukuli anak buah Bloody.

"Mahal amat! Lo mau bikin gue bangkrut?!!" balas Alden.

"Alay. Harta lo kan nggak bakalan abis sampai tujuh turunan bos. Tujuh belas!!" teriak Bimo sekali lagi.

Prok! Prok! Prok!

Suara tepukan bos mafia Bloody tersebut menghentikan pertarungan mereka. Seluruh mata langsung diarahkan kepada orang yang baru saja keluar dari dalam markas dengan sebatang rokok di bibirnya yang mulai menghitam itu.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang