80

22 7 0
                                    

Leo menatap wajah pucat Vino dengan wajah sendu. Sudah lebih dari seminggu Vino terbaring di sini tapi ia sama sekali belum menunjukkan kemajuan. Luka-luka di tubuhnya sudah mulai mengering namun sepertinya Vino masih ingin tidur lebih lama lagi.

Meskipun Vino sudah dipindahkan di rumah sakit milik keluarganya, kondisi Vino masih belum stabil dan terkadang Leo harus merasakan rasa was-was setiap kali Vino drop. Tapi dengan mengkhawatirkan Vino, ingatan dan luka hatinya tentang Ina perlahan mulai terhapus. Yah meskipun tidak sepenuhnya namun Leo sudah mulai terbiasa tanpa Ina.

Leo bahkan sudah lupa bagaimana cara gadis itu menyakitinya dan perasaan yang ia rasakan pada Ina kini mulai memudar pelan-pelan. Bagus! Ini yang Leo inginkan!

Tapi akankah perasaannya akan kembali lagi ketika mereka bertemu nanti? Akankah perasaan yang ingin dikubur Leo dalam-dalam mulai mencuat keluar lagi ketika pandangan mata mereka bertemu satu sama lain?

Entahlah Leo tidak tahu. Yang Leo harapkan semoga saja tidak. Terus terang saja saat ini Leo masih tidak yakin dengan perasaannya saat ini. Ataukah ia masih mencintai Ina atau tidak Leo masih belum tahu.

Hari ini acara wisuda kelulusan diadakan dan Leo harus menggantikan Vino untuk menerima penghargaan di atas panggung karena lagi-lagi Vino mendapat juara pertama di sekolah.

"Bang, hari ini gue gantiin lo dulu ya untuk naik ke atas panggungnya? Ibaratnya sih lo yang berjuang tapi gue yang menang haha," ujar Leo pada Vino yang masih menutup matanya.

"Nanti gue bicara apa ya pas menerima penghargaan? Masa iya gue menceritakan perjuangan lo buat dapat ranking? Kan bukan gue banget bang kalau disuruh mengagung-agungkan lo sedangkan lo kan tau sendiri kalau gue selalu bilang ke anak-anak kalau diri gue lebih dari pada lo, ganteng gue juga apalagi soal kecerdasan kan gue yang nomor satu," terang Leo.

Leo mengehembuskan nafasnya pelan sembari mengusap rambut Vino pelan.

"Seumur-umur ini pertama kalinya gue ngusap rambut lo bang. Cepat bangun ya bang, jangan bikin gue tambah sedih kalau lihat lo tidur mulu kayak gini. Gue tau kok lo susah bangun mengingat setiap hari mau berangkat ke sekolah selalu gue yang bangunin lo dan lo nggak bangun-bangun. Tapi ini sudah lebih dari seminggu dan setiap gue bangunin, lo nggak bangun-bangun." Leo mengambil jeda sejenak sembari mengusap air matanya yang mulai berair.

"Nanti sepulang dari sekolah gue bakalan bangunin lo lagi karena kan emang tugas gue buat bangunin lo bang, ya kan? Tapi nanti pas gue bangunin, lo harus benar-benar bangun ya bang? Kita semua rindu sama abang. Mama setiap hari nangis kalau ke sini lihat abang dalam kondisi kayak gini. Kata papa lo kelihatan lebih jelek dari gue mangkanya papa sedih. Jangan buat mama dan papa sedih lagi ya bang, lo harus bangun buat mereka senang," ujar Leo sebelum akhirnya ia mulai bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Sebelum berangkat, Leo menyempatkan dirinya untuk menatap wajah abangnya lagi. Bahkan ia juga membenarkan posisi selimut Vino dan menaikkannya sebatas dada.

"Nanti tropinya gue taruh di kamar gue ya bang? Kan gue yang terima tropi itu bukan lo, jadi secara tidak langsung itu menjadi hak milik gue hehe. Leo berangkat sekolah dulu ya?"

****

Seluruh siswa sudah siap dengan pakaian kebaya dan jas mereka masing-masing. Semuanya terlihat sangat menawan dengan pakaian terbaik mereka. Tidak terkecuali Leo, Abe, Vernon dan Digo yang tampak sangat menarik dengan setelan jas hitam mereka.

Mereka berempat benar-benar mampu menarik seluruh pusat perhatian untuk tertuju pada mereka. Mereka layaknya F4 dalam serial drama China Meteor Garden. Dengan catatan kali ini Leo lah yang berperan sebagai Dao Ming Si. Tentu saja itupun karena tidak ada Vino sebagai yang tertampan.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang