Air mata tidak pernah berhenti membasahi kedua pipi Leo. Leo terus saja menangis menyesali semua. Harusnya ia dapat mengontrol emosinya dan tidak memukul Irvan yang nyatanya malah membuat teman-temannya babak belur dihajar Armament.
Tetapi hal yang lebih Leo sesali adalah kematian Riski. Leo menatap ponselnya yang tertera beberapa panggilan tidak terjawab dari Riski dengan berlinang air mata.
Leo meremas ponselnya dengan kuat dan menundukkan kepalanya penuh penyesalan. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari samping. Seseorang itu adalah Ina. Vino sengaja menelepon Ina agar Ina dapat menenangkan Leo karena jujur saja Vino saat ini belum bisa menenangkan Leo disaat dirinya sendiri pun memerlukan ketenangan.
"Ini semua salah gue kan Na?" tanya Leo disela-sela tangisnya.
"Bukan Yo. Ini bukan salah Leo. Lo jangan nyalahin diri lo terus, Riski nggak bakalan tenang kalau lo nyalahin diri lo kayak gini," tutur Ina lembut sembari menepuk pundak Leo pelan.
Tiba-tiba saja Leo bangkit dan melepaskan pelukan Ina lalu sedetiknya ia langsung melempar ponselnya ke dinding dengan keras hingga hancur berkeping-keping.
Prak!!!!
Ina sangat terkejut melihat hal itu. Wajah Leo memerah menahan amarah dengan air mata yang terus saja mengalir.
"Jauhin barang itu dari gue," lirih Leo.
Ina pun langsung memungut ponsel Leo dan segera memasukkannya ke dalam tas miliknya.
Ina pun berjalan mendekat ke arah Leo. Ina menatap Leo dengan dalam dan mengamati wajah Leo yang sedang memerah penuh amarah itu.
Dengan pelan, Ina pun meraih kedua tangan Leo dan menggenggamnya hangat.
"Yo, semua ini sudah takdir. Tidak perlu menyesalinya. Gue tau lo pasti merasa bersalah banget sama Riski, tapi jika ini memang saatnya Riski kembali maka dengan cara apapun Riski juga bakalan kembali. Mungkin dengan cara ini Allah memanggil Riski agar kembali pada-Nya. Berhenti menyalahkan diri sendiri okay," tutur Ina lembut.
"Berhenti berbicara tentang hal itu," lirih Leo.
Ina pun menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan Leo.
"Sekarang Ina antar Leo pulang ya?" tawar Ina.
"Gue mau ke acara pemakamannya Riski. Gue mau antar dia ke tempat peristirahatan terakhirnya," jawab Leo menatap Ina dengan mata sembabnya.
"Iya, ayo Ina antar," ucap Ina sembari menggandeng tangan Leo keluar rumah sakit.
🐣🐣🐣🐣🐣
Rumah duka Riski sudah ramai dengan pelayat. Keluarga besar Riski bahkan juga sudah tampak membacakan doa untuk Riski sembari terus menangis.
Dengan perlahan, Leo mendekat ke arah mayat Riski yang berada di dalam peti karena tubuh Riski yang sudah terbakar mengenaskan tersebut tidak mungkin hanya dibalut kain kafan saja.
Leo duduk di samping ibu Riski dan segera menyalaminya, namun ibunya Riski langsung memeluk Leo sembari menangis keras.
"Riski pergi nak Leo," ungkap ibu Riski sembari menangis tersedu-sedu.
"Enggak tante. Riski bakalan tetap bersama kita. Riski sekarang tinggal di hati kita," ujar Leo menenangkan.
"Tante yang ikhlas ya biar Riski tenang di sana," lanjut Leo sembari menepuk pelan bahu ibunya Riski.
Setelah dirasa ibunya Riski sudah mulai tenang, Leo pun melepaskan pelukannya dan menghapus jejak air mata di kedua pipi ibu sahabatnya itu.
"Om Roy tidak pulang tante?" tanya Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adios (Goodbye Sweet Heart)
RandomSERI KEDUA DARI BE WITH YOU (Tahap Revisi, akan di publish secara berkala) Ini tentang seorang gadis bernama Ina yang sangat menyukai teman sekolahnya yang bernama Leo. Sudah sejak lama Ina tidak berani mendekati Leo apalagi mengungkapkan perasaanny...