53

43 11 13
                                    

07:05 WIB

Beberapa gerombolan remaja dengan jaket hitam dengan tulisan Crows di bagian punggung jaket tersebut tampak berkumpul di depan rumah leadernya. Ya, mereka berkumpul di rumah leader mereka karena mengingat markas mereka yang habis terbakar.

Hari ini mereka akan bertarung melawan Armament.

"Mana yang lain?" tanya Leo yang baru saja keluar dari dalam rumah bersama abangnya pada Nando. Sedangkan Vino memilih duduk santai di bawah pohon depan rumahnya sambil menyesap rokoknya penuh minat.

"Gue nggak tau. Mungkin mereka telat. Tunggu sebentar lagi aja gimana?" jawab Nando.

"Tapi ini sudah jam tujuh loh, lo yakin mereka bakalan datang?" tanya Leo pada Nando.

"Gue nggak tau juga sih Yo, coba gue hubungi mereka dulu," jawab Nando sembari merogoh ponselnya dan segera menghubungi yang lainnya.

Leo bergerak gelisah mondar-mandir menghitung banyaknya anak-anak Crows yang sudah berkumpul di rumahnya.

Sudah hampir jam delapan namun anak-anak Crows belum banyak yang datang.

"Bang! Gimana?" tanya Leo menghampiri Vino.

Vino membuang putung rokoknya ke tanah lalu menginjaknya hingga tidak berbentuk lagi. Vino berdiri merenggangkan otot-ototnya.

"Berapa orang?" tanya Vino santai.

"Cuma ada tiga puluhan," jawab Leo pelan.

"Vin. Cuma ada tiga puluhan anak, lo yakin tetep kesana?" tanya Fery.

Daniel dan Vernon memilih diam memperhatikan Vino tanpa mau membuka mulutnya, karena mereka tau jika Vino sedang berfikir keras hari ini dan dia tidak ingin menambah pikiran Vino dengan pertanyaan yang sama.

Vino berjalan ke arah mobilnya yang terparkir tepat di halaman rumahnya dan langsung naik keatas mobil tersebut. Leo yang melihat ekspresi abangnya seperti itu pun tau apa yang akan dilakukan abangnya. Abangnya pasti akan membubarkan Crows sekarang.

"Kalian semua!" Vino mengamati wajah mereka satu persatu dengan smirk di wajahnya.

"Kalian semua lebih baik pulang. Crows bubar," ujar Vino yang membuat seluruh anak-anak Crows yang ada di sana terkejut.

"Tuhkan feeling gue bener," lirih Leo.

"Apa maksud lo?" tanya Vernon pada Vino.

"Crows bubar," terang Vino singkat.

Vino melompat turun dari atas mobil dan berjalan ke arah motornya.

"Gue nggak terima kalau Crows bubar Vin!!! Lo gila?!!! Kita udah bangun Crows lama!!" teriak Vernon penuh emosi ke arah Vino sambil memegang bahu Vino dari belakang.

"Minggir, gue mau lewat!" perintah Vino dingin menyingkirkan tangan Vernon yang berada di pundaknya.

"Lo egois Vin!! Lo nggak bisa membubarkan Crows seenak lo sendiri!!" ucap Vernon.

"Terserah!! Kalaupun nggak bubar berarti gue keluar. Thanks buat kalian yang bertahan selama ini," ujar Vino santai yang membuat Vernon emosi.

Vernon langsung mencengkeram bahu Vino lalu membalikkan badan Vino secara paksa dan langsung menghantam rahang Vino dengan bogemannya.

"Shit!!! Lo brengsek!! Di saat kita udah sejauh ini lo main seenaknya aja bubarin kita!!!" marah Vernon.

Bugh!!

Vino balik membalas Vernon dengan bogemannya yang tepat mengenai rahang Vernon dengan keras.

Setelah meninju Vernon, Vino mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa perih akibat meninju Vernon.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang