75

26 7 0
                                    

Leo berdiri menghadap ke luar jendela dengan pandangan kosongnya sedangkan Abe sibuk memainkan ponselnya di atas ranjangnya. Entahlah saat sepi seperti ini tiba-tiba saja bayangan Ina melintas di kepalanya. Leo merindukannya.

Leo sadar jika ini mungkin karma untuknya karena pernah menyakiti Ina di masa lalu. Tapi bukankah ini terlalu kejam untuknya?

~ku harus pergi meninggalkan kamu~

~yang telah hancurkan aku~

~sakitnya, sakitnya oh sakitnya~

"Bisa ganti lagu nggak Be? Lagu lo keterlaluan kurang ajarnya," tegur Leo tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela.

"Kenapa? Mewakili perasaan lo banget ya?" ejek Abe.

"Iya," jawab Leo sendu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Hah lo seriusan putus sama Ina?!! Gue kira abang lo kasih tau gue itu cuma buat bercandain lo doang. Lo nggak bohong?" tanya Abe terkejut, bahkan Abe sampai bangun dari ranjangnya.

Leo membalikkan badannya dan menatap Abe sembari tersenyum kecut.

"Bukan jodohnya," jawab Leo sembari tersenyum kecil.

"Gue yakin lo bakalan dapat ganti yang lebih baik dari Ina," ujar Abe bersimpati.

Leo yang mendengarnya pun hanya tersenyum samar.

"Percuma lo bilang gitu ke gue. Hati gue masih sakit soalnya, jadi omongan apapun buat gue masih belum mempan buat gue," ujar Leo disertai tawanya.

"Gue tau kok sesakit apa hati lo saat ini, tapi gue yakin lo kuat kok. Nggak ada sejarahnya buaya kayak lo sakit hati," canda Abe mencairkan suasana dan setelahnya Abe memutuskan untuk keluar kamar dan memberi ruang pada Leo untuk menenangkan diri.

Leo yang mendengarnya pun tersenyum kecil dan suasana hatinya mulai membaik. Abe benar, tidak ada sejarahnya seorang Leo sakit hati.

Bukankah selama ini hatinya sudah dilatih oleh Vino agar kuat seperti besi dan baja? Bukankah kata-kata pedas Vino selama ini sudah cukup untuk memeperkuat hatinya agar tidak mudah terluka?

Ah kalian salah! Itu sudah beda perkara. Perkara Ina tidak dapat disamakan dengan perkataan Vino. Vino tidak pernah meninggalkannya apapun yang terjadi sedangkan Ina baru saja meninggalkannya dan memilih bersama laki-laki lain.

Sial!! Memangnya apa kelebihan laki-laki itu yang tidak dimiliki oleh Leo sampai-sampai Ina tega meninggalkan Leo dan memilih bersama laki-laki itu?!!

Ina benar-benar membuatnya muak. Tapi dari lubuk hatinya yang paling dalam, Leo masih menyayangi Ina dan bahkan sangat mencintainya. Tidak bisakah Ina datang menemuinya lagi dan meminta kembali lagi?

Jika Ina melakukan hal itu sekarang juga mungkin Leo akan memaafkannya dan menerima Ina lagi. Tapi itu mungkin hanya menjadi angan-angan Leo semata. Lihat saja sekarang, Leo sendirian di sini tidak ada Ina yang menemani. Sudah banyak peristiwa yang mereka alami tetapi kenapa Ina memilih untuk pergi?

Leo pun memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Ia ingin menangis di kamarnya karena jika ia menangis di sini, ia tidak ingin teman-temannya tahu dan merasa iba kepadanya. Leo paling anti dikasihani.

Biarlah dikata Leo cengeng, Leo banci karena menangis. Leo sudah tidak perduli akan hal itu.

Leo pun segera keluar dari kamar tersebut, namun begitu keluar Leo tampak sangat terkejut begitu mendapati Vino dan Daniel sedang beradu jotos.

Melupakan rasa sakit hati dan keinginan menangisnya, Leo pun segera berteriak memanggil teman-temannya agar membantunya untuk memisahkan abang dan sahabatnya itu.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang