24. A Race

57 12 9
                                    

Hari ini mood Leo benar-benar hancur. Dia tidak habis pikir kenapa Ina begitu kekeuh menyukainya padahal dia sudah menolaknya. Bukankah cukup jelas saat Leo mengatakan dia menyukai Liora bukan Ina?

Leo mengacak rambutnya frustasi dan berjalan menuju kamar abangnya.

"Bang yok liat balapan. Gue lagi stress nih," ajak Leo pada Vino yang sibuk bermain game.

"Lo kan udah stress dari dulu Yo tapi lebih ke arah gila sih," jawab Vino cuek.

"Bang gue badmood loh ini. Gue bentar lagi marah loh ini kalau lo nggak nuruti ajakan gue," rajuk Leo.

"Iya-iya bawel lo kayak lagi dapet aja," ujar Vino sembari mengganti pakaiannya. Jika biasanya Vino akan menolak ajakan Leo, kini ia memutuskan untuk menerima ajakannya karena ia tahu Leo sedang ada masalah dan Vino juga tahu darimana asal masalah Leo. Tentu saja Ina.

"Gue cowok bang," koreksi Leo tidak terima.

"Gue nggak bilang kalau lo cewek," balas Vino.

"Iyadeh lo yang menang. Buruan ah lo mah kayak anak perawan deh lama banget," kesal Leo.

"Gue cowok!"

"Gue nggak bilang kalau lo cewek bang," balas Leo sembari tertawa terbahak-bahak menirukan abangnya.

"Tuhkan gue bilang juga apa. Lo itu bukan stress lagi tapi lebih ke gila," ucap Vino yang membuat Leo menghentikan tawanya dan langsung mencebikkan bibirnya kesal.

♡♡♡♡♡

Suara desingan motor sudah mulai terdengar bersahutan memenuhi telinga. Remaja-remaja seusianya sudah tumpah ruah di tempat ini, mereka siap beradu kecepatan milik motor mereka masing-masing seolah menunjukkan siapa yang paling cepat disini.

Leo dan Vino memilih bergabung bersama Crows (geng mereka) dan ternyata disana ada Vernon, Digo dan juga Daniel.

"Vin! Wuihh akhirnya lo gabung juga bareng kita," ucap Vernon.

"Dipaksa Leo gue, kalau nggak diturutin ntar ngambek. Lo kan tau sendiri gimana jeleknya Leo kalau ngambek. Bikin gue malas lihat mukanya," Jawab Vino santai.

Leo hanya diam saja dan memilih duduk di samping Riski.

"Cuma anak gue satu ini yang nggak pernah bully gue," ucap Leo dramatis dengan menepuk-nepuk bahu Riski.

"Paan sih pegang-pegang gue? Homo lo?!!" tanya Riski yang membuat Leo menatap Riski datar.

"Hehe maaf pa lagi khilaf," Cengir Riski.

"Bang lo ikut balapan aja deh sana biar ntar gue jadi punya alasan buat teriak-teriak," pinta Leo.

"Kenapa nggak lo aja Yo?" tanya Digo.

"Lo mau gue kalah?" tanya Leo.

"Iya ya lo kan nggak pernah menang balapan," timpal Digo.

"Pernah. Cuma gue nya nggak mau sombong aja."

"Heleh!!"

"Buruan bang ikut sana cepetan. Gue marah nih kalau lo nggak turutin gue!" paksa Leo.

"Aelah lo kayak jadi pacarnya Vino aja lo! Perasaan dulu pas Yeri pacaran sama Vino dia nggak sealay dan selebay lo deh," ucap Digo.

"Emang gue bukan Yeri!! Gue juga bukan pacarnya!! Gila lo pada ya!" sembur Leo.

"Yasudah gue ikut balapan," ucap Vino menuruti Leo.

"Tuh abang gue mah so sweet kalau sama gue. Emang lo semua, pada jahat banget sama gue. Bang taruhannya apa tapi?"

"Motor lo aja gimana?" tawar Vino.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang