58

43 9 39
                                    

Selepas menghadiri pemakaman Hery, Leo memutuskan untuk pulang ke rumah dan beristirahat. Tubuhnya terasa sakit sekali dan kepalanya terasa berat, belum lagi luka lebamnya terasa berdenyut nyeri.

"Bang muka gue ganteng nggak kalau bonyok kayak gini?" tanya Leo saat turun dari mobil.

"Sama," jawab Vino acuh.

"Maksudnya?"

"Muka lo mau bonyok atau nggak sama aja jeleknya. Nggak ada perubahan sama sekali," ungkap Vino dengan wajah datarnya sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah meninggalkan Leo.

"Njir lo juga tetap sama tuh. Sama aja jahatnya ke gue," kesal Leo sedangkan Alden hanya menanggapinya dengan senyuman geli.

"Pa, Leo ganteng kan?" tanya Leo pada Alden.

"Iya ganteng banget astaga. Emang Leo anaknya siapa sih?" tanya Alden dengan nada bicara seperti mengajak bicara seorang bayi.

"Anaknya mama lah masa anaknya papa. Papa mana bisa hamil," jawab Leo sombong sembari menyusul abangnya.

"Astagfirullah nggak boleh emosi. Inget udah tua ntar stroke kalau darah tinggi," ucap Alden sembari mengelus dadanya mendengar jawaban Leo.

Saat memasuki ruang tamu rumahnya, Vino cukup terkejut karena mamanya sudah ada di rumah.

"Astagfirullah set..... Eh mama? Mama kan?" tanya Leo dengan wajah cengonya.

"Mama? Kapan mama pulang?" tanya Vino gugup.

"Rinta? Kamu?" ucap Alden yang baru saja tiba tak kalah terkejut dengan Vino.

"Kenapa? Mama nggak boleh pulang?" jawab Rinta ketus.

Alden dan kedua anaknya duduk di sofa dekat Rinta. Mereka tau jika sang ratu singa sedang marah besar sekarang dan sekarang waktunya untuk sang raja menyelesaikan masalahnya.

"Ma maafin papa, pa-" lirih Alden.

"Soal apa?!" potong Rinta.

"Soal-"

"Mama udah tau semua kok," potong Rinta lagi.

"Mama tau dari mana?" tanya Vino pelan mencoba untuk tidak membuat mamanya tersinggung.

"Mama nggak jadi pergi ke Surabaya karena memang dari awal mama curiga dengan kalian semua, jadinya mama mengirim mata-mata untuk memata-matai kalian semua." Alden dan kedua anaknya hanya diam menundukkan kepalanya. Ini memang kesalahan mereka.

"Papa minta maaf sama mama," ucap Alden menyesal.

"Vino juga minta maaf sama mama," imbuh Vino.

"Leo juga ma," ucap Leo.

Rinta hanya diam enggan membalas permintaan maaf suami dan kedua anaknya.

"Papa tau mama marah sama kita, tapi ini demi kebaikan mama. Kita nggak mau mama khawatir," jelas Alden.

"Mama nggak marah. Mama cuma kecewa sama kalian. Bagaimana jika terjadi apa apa dengan kalian? Bagaimana?? Seharusnya kalian bilang dari awal tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dan mama lebih kecewa lagi sama papa karena papa sama sekali nggak ngabarin mama tentang kematian Hery. Hery sahabat mama juga pa, dia orang yang dicintai saudara kembar mama dan bisa-bisanya papa nggak ngabarin mama kayak gini!" kesal Rinta.

"Maaf,"

"Sudahlah mama capek," ucap Rinta sambil berlalu meninggalkan ruang tamu.

Alden menghembuskan nafasnya pelan. Dia mencoba mencari cara agar Rinta tidak marah lagi padanya.

Tidak beda jauh dari papanya, Vino dan Leo juga menghembuskan nafasnya pelan sambil menatap langit langit ruang tamu.

Tiba-tiba Vino teringat satu hal. Bukannya tadi Bunga ikut pulang ke rumahnya? Tapi kemana dia sekarang?

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang