70

51 9 36
                                    

Dengan perasaan tidak tenang, Leo pun mulai berjalan memasuki halaman rumah tersebut yang sudah di pasangi tenda pengantin.

Begitu tiba, Leo langsung disambut oleh beberapa kerabat Ina yang sepertinya mereka terkejut karena kedatangan Leo ditambah luka di tangan dan kakinya.

"Loh mas e nyapo iki? Saman tas nyapo mas? Tibo to?" tanya salah seorang wanita paruh baya yang tampak khawatir. (Masnya kenapa ini? Masnya habis ngapain? Jatuh ya?)

"Maaf bu saya tidak mengerti bahasanya ibu. Saya pa.. ehm saya temannya Ina dari Jakarta," ucap Leo memperkenalkan diri.

"Oh Ina. Ayo ibu antar. Yudi!!! Ini ada temannya anakmu datang dari Jakarta!!" panggil ibu paruh baya tersebut sembari mempersilahkan Leo memasuki rumah tersebut.

"Siapa?" tanya Yudi. Ayahnya Ina.

Leo pun bersalaman dengan ayahnya Ina lalu Yudi pun mempersilahkan Leo agar duduk di ruang tamu.

"Siapa namamu nak?" tanya Yudi ramah.

"Nama saya Leo pak. Saya dari Jakarta," ucap Leo memperkenalkan dirinya.

"Loh tangan dan kakinya nak Leo terluka lho, kita ke rumah sakit sekarang sebelum lukanya nanti infeksi," panik Yudi. Bahkan Yudi sudah beranjak dari duduknya namun Leo langsung mencegahnya.

"Saya tidak papa pak. Pak boleh saya tanya sesuatu?" tanya Leo pelan.

"Nak Leo tanya apa? Eh sebentar ndok Dea tolong panggilkan kakakmu. Kasih tahu ada temannya dari Jakarta datang kesini," perintah Yudi pada seorang gadis cantik yang umurnya lebih muda dari Leo dan Leo menduga gadis itu adalah adiknya Ina.

"Iya pak," ucap gadis bernama Dea tersebut dengan patuh.

"Nak Leo mau tanya apa?" tanya Yudi.

"Rumah bapak kenapa ramai sekali? Memangnya bapak ada acara apa?" tanya Leo.

"Oh itu. Besok putri bapak akan menikah mangkanya hari ini semua sanak saudara bapak kemari untuk bantuin bapak menyiapkan untuk besok," jawab Yudi sembari tersenyum.

Tiba-tiba saja Leo merasakan matanya mulai berair.

"Si...siapa yang menikah pak?" tanya Leo tergagap.

"Bapak."

Belum sempat Yudi menjawab, Ina sudah datang terlebih dahulu.

"Pak, Ina mau ajak Leo ke belakang rumah dulu ya? Ada yang pengen Ina omongin berdua sama Leo," pamit Ina sembari menggandeng tangan Leo agar mengikutinya.

Ina mengajak Leo agar pergi ke belakang rumah yang merupakan hamparan sawah yang sangat luas dengan tumbuhan padi yang tampak sangat hijau. Leo tidak menduga jika ada tempat secantik ini di sini. Tempat ini sangat berbeda dengan kota tempatnya tinggal.

Mereka berdua pun duduk di sebuah batu besar dengan menghadap ke arah hamparan sawah tersebut.

Untuk sesaat keduanya hanya diam saja tanpa ada yang berniat membuka pembicaraan terlebih dahulu, hingga akhirnya Leo lah yang memulai membuka pembicaraan.

"Pemandangan belakang rumah kamu bagus ya Na," ujar Leo sembari tersenyum. Berbeda sekali dengan apa yang dirasakannya. Saat ini ada banyak pertanyaan yang berkecambuk memenuhi pikiran Leo dan Leo ingin sekali menanyakan hal itu pada Ina tapi Leo takut jika jawaban Ina tidak sesuai dengan apa yang Leo harapkan.

"Leo ngapain kesini?" tanya Ina.

"Nyari kamu, kamu pulang ke rumah kamu tapi nggak bilang dulu sama aku. Karena aku khawatir yaudah aku susulin kamu kesini," jawab Leo sembari tersenyum.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang