41

56 13 19
                                    

"Kalau gitu kenapa nggak balik ke Dimas aja?" tanya seseorang yang baru saja tiba.

🐣🐣🐣🐣🐣

Di sinilah Ina sekarang, ia berada di lapangan basket sekolahnya bersama Vino. Achi sudah pulang terlebih dahulu naik bis.
Ina cukup terkejut saat tiba-tiba saja Vino berada di hadapannya dan mengatakan sesuatu yang membuat jantungnya berhenti berdetak.

"Lo sama Leo berpacaran?" tanya Vino membuka pembicaraan.

"Iya bang," jawab Ina menganggukkan kepalanya.

"Lalu apa maksud perkataan lo tentang harusnya lo milih Dimas? Lo suka sama Dimas?" tanya Vino yang membuat Ina mati kutu.

"Ehm...."

"Nggak usah dijawab kalau memang nggak mau jawab, gue nggak masalah kok dan gue juga menghargai privasi lo," ujar Vino sembari menidurkan tubuhnya di atas lapangan basket.

Ina hanya terdiam lama karena ia bingung antara memberitahu Vino tentang hubungannya dengan Leo yang sebenernya atau tidak. Jika ia memberitahu Vino, Leo pasti akan marah besar padanya. Namun jika ia hanya diam, ia merasa terbebani dengan isi pikirannya.

"Bang," panggil Ina takut-takut.

"Hm?"

"Leo. Dia seperti apa sih bang?" tanya Ina pada Vino.

"Seperti yang lo tau. Leo itu pecicilan, urakan, nggak bisa diam dan cerewetnya minta ampun," jawab Vino.

"Bukan yang itu," ujar Ina yang membuat Vino mengernyitkan dahinya bingung.

"Lo nggak mungkin tanya sifat jeleknya Leo kan? Soalnya gue nggak mau kasih tau lo sifat jeleknya Leo, dia saudara gue," ujar Vino terkekeh pelan.

"Bukan bang. Maksud Ina, perlakuan Leo ke cewek itu kayak gimana sih?" tanya Ina lirih.

Vino menatap sekilas Ina sebelum menjawab pertanyaan Ina. Vino tau dalam hubungan ini, Ina lah yang paling tersakiti entah itu karena sifat Leo ataupun perlakuannya.

"Dia memperlakukan lo dengan buruk ya?" tebak Vino yang langsung membuat Ina gelagapan. Dan tanpa menunggu jawaban dari Ina, sikap Ina sudah menjawab pertanyaanya.

"Eng..enggak kok bang. Leo baik banget kok sama Ina," sanggah Ina gelagapan.

Vino tersenyum sekilas ke arah Ina sebelum tangannya terarah mengelus puncak rambut Ina.

"Lo tenang aja, Leo memang kayak gitu tapi sekalinya dia jatuh cinta sama lo. Dia nggak bakalan menyakiti lo dan akan memperlakukan lo dengan sangat baik. Jadi tugas lo sekarang lo harus buat Leo jatuh cinta sama lo," tutur Vino yang diangguki oleh Ina.

"Tapi kok lama-lama sakit ya?" jujur Ina sembari tertawa kecil.

"Kalau lo nggak kuat, lo bisa pergi kok. Lo berhak dapat yang bisa membahagiakan lo Na," ucap Vino pada Ina.

Dan tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seorang cowok yang tengah memperhatikan mereka dengan menahan amarah.

"Gue pergi dulu ya, Liora pasti sudah nungguin gue," ucap Vino sambil berlalu pergi.

Ina pun melambaikan tangannya sebelah kiri yang tidak patah dan tersenyum manis ke arah Vino yang sudah menjauh dari hadapannya.

Sebenarnya, Ina sangat ingin menceritakan semuanya pada Vino namun ia takut jika Leo akan marah padanya karena dianggap tidak bisa menjaga rahasia. Bukankah Leo melarangnya untuk menceritakan hubungan seperti apa yang dijalaninya kini dengan Leo? Jika Leo tau Ina bercerita pada Vino, bukankah Leo akan marah besar pada Ina?

Ah sudahlah, memikirkan hal itu membuat Ina pusing sendiri.

Ina melirik ke arah jam tangannya dan sedetiknya mata Ina terkejut menatap jam tersebut.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang