74

25 8 0
                                    

"Ehm. Vin, sebenarnya di antara kita berenam ada salah satu pengkhianat," ucap Abe menggantung.

Vino yang mendengarkan penuturan Abe, mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan perkataan Abe.

"Apa maksud lo?!" tanya Vino dingin. Jujur saja meskipun Abe sudah kembali menjadi sahabatnya, tapi Vino tetap tidak suka jika Abe menuduh salah satu sahabatnya yang lain berkhianat. Ayolah Vino sudah sangat mengenal mereka jadi mana mungkin jika mereka berkhianat padanya.

"Daniel. Dia berkhianat sama lo-"

"Shit!! Apa maksud lo ngomong kayak gitu?!!!" potong Vino menahan emosi sambil mencengkeram kerah baju Abe.

"Gue ngomong fakta," desis Abe.

"Gue pikir lo beneran pengen balik jadi sahabat gue, tapi ternyata nggak. Lo nggak berubah," ucap Vino kecewa dengan perkataan Abe yang menyebutkan jika Daniel telah berkhianat padanya.

"Gue kenal Daniel dan dia nggak bakalan berkhianat sama gue. Lagian dia nggak punya alasan buat berkhianat sama gue," lanjut Vino dingin.

Vino melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Abe dan berjalan meninggalkan Abe. Namun baru beberapa langkah, ucapan Abe berhasil membuatnya berdiri mematung.

"Daniel mencintai Yeri dan dia satu-satunya orang yang tau kalau gue kakak tiri Yeri dan dia berpikir Yeri meninggal karena lo. Gue rasa itu cukup jadi alasan buat dia berkhianat sama lo," ucap Abe.

"Gue ngasih tau lo bukan karena gue ingin memecah belah kalian, tapi karena gue nggak mau kalian celaka hanya karena satu orang," lanjut Abe.

Deg!!

Vino merasakan jantungnya berhenti sejenak. Fakta apa ini? Tidak mungkin jika Daniel mencintai Yeri kan? Bukankah dulu dia terlihat biasa-biasa saja dan bahkan terkesan mendukung hubungannya dengan Yeri? Oh ayolah Yeri sudah tenang di sana tapi kenapa masih ada masalah yang menyangkutnya??

"Otaknya Armament itu Daniel," jelas Abe singkat.

Spontan saja Vino langsung berbalik menatap Abe dengan tajam seperti berniat untuk membunuh Abe.

"Gue nggak mau mati sebelum gue nikah sama Bunga. Jadi buang pikiran lo yang berniat menghajar gue jauh-jauh. Apalagi mata lo tuh! Takut gue lihat mata lo mau copot," ucap Abe saat melihat tatapan tajam Vino yang ditujukan ke arahnya.

"Sini deh lo mendekat ke gue biar gue jelasin semuanya. Gue nggak mau ya jelasin ke lo teriak-teriak kayak toak kalau lo nya berdiri di situ. Kejauhan Vin!" omel Abe.

Karena tidak ada pergerakan dari Vino, Abe yang kesal pun langsung berdiri menarik tangan Vino dan mendudukannya di bangku yang sebelumnya Vino duduki.

"Kayak anak kecil aja lo ngambekan. Gue kan belum jelasin semuanya njir," gerutu Abe pada Vino sedangkan Vino hanya diam saja enggan berkomentar. Dia masih belum bisa mempercayai jika sahabatnya. Daniel. Berkhianat padanya.

"Lo inget waktu pertandingan tinju bebasnya Daniel yang illegal terakhir kali?" tanya Abe.

"Yang di rumah kosong mirip club itu?" tanya Vino memastikan.

"Iya. Yang Daniel bilang dia akan mengenalkan seseorang sama lo," ujar Abe.

"Gue inget," ucap Vino dengan pandangan yang mengarah ke depan.

"Seseorang itu Renal," ucap Abe yang langsung membuat Vino mengalihkan pandangannya pada Abe.

"Sebenarnya pada saat itu Daniel berniat membongkar jati dirinya ke lo, tapi keburu lo nya sudah pergi dari sana," jelas Abe.

"Dan lo inget saat lo bilang cuma lo dan Daniel aja yang selamat saat Armament nyerang bascamp lo?" tanya Abe.

Vino hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang