51

38 12 18
                                    

"Pasti sakit banget ya?" tanya Rinta khawatir begitu melihat Ina yang menangis saat luka di kepalanya diobati oleh Bunga.

Ina hanya menganggukkan kepalanya tanpa bisa menjawab pertanyaan Rinta.

"Apa lukanya parah?" tanya Rinta pada Bunga.

"Tidak bu, lukanya tidak begitu parah. Hanya saja tulangnya yang patah sepertinya tambah memburuk," jawab Bunga.

"Pegang tangan tante aja ya? Kalau sakit kamu cakar aja nggak papa kok," ujar Rinta.

"Tante," panggil Ina pelan.

"Iya?"

"Ina!!" pekik Dimas terkejut begitu melihat Ina terluka.

Dimas pun mendekat ke arah Ina dan tampak raut wajah khawatir dari Dimas. Bahkan Dimas ikut mengobati luka Ina.

"Mas Dimas huaaa...." raung Ina sembari menangis keras.

"Aku tau Na apa yang kamu rasain," lirih Dimas sembari mengusap air mata Ina menggunakan sapu tangan miliknya.

"Sekarang kita obati dulu lukanya ya? Setelah itu tenangkan dirimu dulu," tutur Dimas lembut dan dijawab anggukan oleh Ina.

Setelah itu, secara perlahan Ina sudah dapat menenangkan dirinya. Tangisnya sudah berhenti meskipun jejak air mata dan sesekali ia masih sesenggukan.

"Maaf, bisa tinggalkan kami berdua?" pinta Dimas.

Rinta yang awalnya ragu pun akhirnya menuruti permintaan Dimas dan mengajak Bunga untuk segera keluar dari sana. Sepeninggalan Rinta dan Bunga, keduanya hanya diam. Dimas yang fokus mengobati luka Ina sedangkan Ina tenggelam dalam lamunannya.

"Luka di kepalamu tidak parah tapi luka di tanganmu bukannya sembuh malah semakin parah. Kenapa bisa sampai kayak gini Na?" tanya Dimas lembut.

"Ina jatuh," jawab Ina singkat.

"Kok bisa jatuh?" tanya Dimas.

"Bisa, tadi Ina lari terus ta-"

"Jangan bohong, kalau nggak mau jawab nggak papa asal jangan bohong nanti dosa," tegur Dimas sembari tersenyum lembut.

"Ina kebanyakan bohong ya?" tanya Ina polos.

"Iya, tapi hidungmu kok nggak panjang ya Na? Kok malah tambah pesek?" canda Dimas.

"Ih mas Dimas," ujar Ina sembari tertawa.

"Na," panggil Leo yang baru saja tiba dengan wajah yang penuh luka lebam dan baju yang acak-acakan.

"Leo!!" pekik Ina terkejut begitu melihat keadaan Leo yang tampak berantakan.

Ina segera menghampiri Leo dan memeriksa keadaan Leo. Ina tampak begitu khawatir dan panik melihatnya. Dimas yang melihat hal itu hanya tersenyum hambar dan mulai mendekat ke arah mereka.

"Duduk biar gue obati," ujar Dimas mempersilahkan Leo untuk duduk di atas brankar yang sebelumnya di tempati Ina.

"Leo duduk dulu aja biar diobati sama mas Dimas. Lukanya kayaknya parah deh Yo, pasti sakit ya?" tanya Ina khawatir sembari menuntun Leo menuju brankar.

"Maaf," lirih Leo.

"Iya, Ina maafin kok. Sekarang Leo obati dulu lukanya," ujar Ina.

"Nggak seharusnya gue dorong lo kayak gitu, lo pasti kesakitan kan?" sesal Leo sembari menatap Ina.

"Nggak kok, lukanya nggak sakit. Cuma lecet sedikit," tukas Ina sembari menyunggingkan senyumnya.

Setelah Leo duduk di brankar tersebut, Dimas mulai mengobati luka Leo.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang