63

49 9 33
                                    

Ceklek!

Leo membuka pintu kamar rawat Ina dan berjalan memasukinya. Ia pun terkejut ketika mendapati Ina tidak ada di atas ranjangnya. Leo yang panik pun langsung mencari ke penjuru ruangan dan segera menghubungi Vino untuk meminta bantuan.

"Ina!" panggil Leo namun sama sekali tidak ada sahutan.

Ceklek!

Leo pun membuka pintu kamar mandi dan mendapati Ina sedang berdiri di depan wastafel. Leo pun mendesah lega dan segera menghubungi Vino.

"Ina sudah ketemu bang," ujar Leo mematikan sambungan teleponnya.

"Kamu ngapain?" tanya Leo lembut sembari mendekat ke arah Ina.

"Cuci tangan," jawab Ina singkat dan pelan.

Leo pun menganggukkan kepalanya mengerti dan memutuskan untuk menunggu Ina selesai mencuci tangannya.

Sudah lebih dari lima belas menit berlalu tapi Ina belum juga selesai mencuci tangannya. Leo pun berjalan mendekati Ina.

"Na," panggil Leo namun Ina masih tetap fokus mencuci tangannya.

"Tangan kamu sudah bersih kok, yuk kita kembali ke ranjang kamu," ajak Leo yang langsung ditolak oleh Ina.

"Tangan Ina masih kotor Yo! Lo nggak lihat kotorannya susah banget dihilangkan?!!" kesal Ina dengan nada kerasnya.

Leo yang mendengarnya pun terkejut. Tidak biasanya Ina bersikap seperti ini, Ina yang dikenalnya adalah perempuan yang lemah lembut dan selalu santun saat berbicara. Ah Leo ingat ini mungkin perubahan emosi Ina akibat kejadian itu. Leo pun tersenyum lembut dan kemudian menggenggam kedua tangan Ina.

"Sini biar Yoyo bantu cuci," ujar Leo lembut.

Ina tidak menolak maupun mengiyakan ucapan Leo, yang ia lakukan hanyalah diam dan menuruti apa yang Leo lakukan.

"Nah sekarang sudah bersih," ujar Leo sembari mengelap kedua tangan Ina menggunakan sebuah handuk yang memang di sediakan di dalam kamar mandi tersebut.

"Lihat, sekarang sudah tidak kotor lagi kan?" tanya Leo.

Ina pun mendongakkan kepalanya menatap Leo dan menganggukkan kepalanya.

"Kalau nanti kotor lagi kamu tinggal memberitahuku saja biar aku yang bersihkan. Nah sekarang ayo kita kembali ke kamar," ajak Leo sembari menuntun Ina.

Begitu Leo dan Ina sampai, ternyata di sana sudah ada Achi dan juga Vino yang duduk di sebuah sofa sembari tersenyum hangat ke arah Ina.

"Ina apa kabar?" sapa Vino yang tidak dibalas oleh Ina. Meskipun demikian, Vino dapat memahami bagaimana kondisi Ina sekarang.

"Oh ya Na, hari ini lo mau makan apa biar gue beliin?" tanya Achi riang sembari berlari mendekat ke Ina.

"Ina cuma mau tidur," ujar Ina sembari membalikkan badannya membelakangi mereka.

"Baiklah, sekarang saatnya tuan putri tidur siang jadi kalian berdua jangan berisik," ujar Leo sembari menyelimuti Ina.

Achi yang melihat Ina begitu dingin padanya seketika perasaan bersalah menyelimutinya. Seharusnya waktu itu Achi menemani Ina membeli batagornya bukan malah asyik menamatkan drakornya. Sontak kedua matanya pun mulai berkaca-kaca.

"Udah nggak usah nangis, lo jelek kalau nangis," tegur Leo sembari mengacak rambut Achi.

Achi pun mengusap air matanya dan tersenyum kearah Leo.

"Sekarang bukan saatnya untuk bersedih. Mulai hari ini gue nggak bakalan nunjukin kesedihan gue di depan Ina," ujar Achi dengan suara pelan.

Vino yang mendengarnya pun tersenyum dan mengacungkan jempol ke arah Achi.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang