77

26 4 0
                                    

Pyar!!!!!

"Awwhhh!!!"

Alden langsung berlari menuju sumber suara. Alden begitu terkejut mendapati Leo dengan luka di tangannya.

"Tangan kamu kenapa dek?" tanya Alden sambil menggiring Leo masuk ke dalam rumah.

"Kena pecahan vas bunga pa," jelas Leo dengan wajah yang entah saja seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Kamu mecahin vas bunga? Kapan? Kok papa nggak dengar? Papa cuma dengar teriakan kamu aja," tanya Alden.

"Ma!! Tolong ambilkan kotak P3K! Tangan Leo terluka!!" teriak Alden memanggil Rinta.

"Leo juga nggak sadar kalau Leo sudah mecahin vas pa," jelas Leo dengan pandangan kosong.

"Astaga!! Adik!! Tangan kamu kenapa?" panik Rinta sambil mulai mengobati tangan Leo.

"Pa! Tolong papa telepon abang, perasaan Leo nggak enak banget pa. Leo takut abang kenapa-napa," pinta Leo dengan mata berkaca-kaca.

Alden segera merogoh ponselnya dan menghubungi Vino namun sama sekali tidak ada balasan.

"Kamu jangan bikin mama khawatir dengan abang kamu dik," tegur Rinta.

"Leo nggak bermaksud begitu ma, hanya saja perasaan Leo bener-bener nggak enak dan mamakan tau sendiri kalau abang itu saudara kembar Leo. Jadi Leo bisa ngerasain apa yang dirasain abang dan tiba-tiba saja Leo pengen nangis mah," ucap Leo dengan air mata yang menuruni kedua pipinya.

"Abang kamu baik-baik saja. Percaya deh sama mama," ucap Rinta sambil menghapus jejak air mata di pipi Leo.

Jujur saja, di dalam hatinya dia sangat mengkhawatirkan Vino. Perasaannya juga tidak enak, namun dia tidak boleh menunjukkannya pada Leo karena dia tidak mau Leo tambah khawatir.

Sedangkan Alden semakin bingung karena sedari tadi panggilannya tidak mendapat balasan dari Vino.

"Papa akan keluar cari abang kamu," ucap Alden sambil bergegas keluar rumah.

"Leo ikut ya pa," ucap Leo sambil menyusul papah nya dari belakang.

"Tangan kamu belum selesai diobati Yo. Kamu obati luka kamu dulu dan lebih baik kamu temani mama kamu-"

"Mamah ikut pa," potong Rinta.

"Leo juga," timpal Leo.

"Tapi tangan kamu Yo. Papa nggak mau luka di tangan kamu tambah parah," ucap Alden.

"Luka di tangan Leo nggak seberapa dengan rasa khawatir Leo pada abang pa," ucap Leo yang bahkan kini airmata sudah mengalir deras di pipinya.

"Hustt.... Abang kamu nggak akan kenapa-napa. Jangan nangis dek, jangan nangis. Jangan buat Mamamu tambah khawatir kalau kamu nangis kayak gini. Kamu jagoan mama sudah seharusnya kamu memberi contoh pada mama oke," ucap Alden sambil memeluk putra kesayangannya itu yang dibalas anggukan oleh Leo.

"Baiklah kita akan berangkat semua untuk mencari Vino."

"Mah," panggil Leo pelan begitu masuk ke dalam mobil. Rinta memilih duduk di belakang samping Leo untuk mengobati luka di tangan Leo.

"Kamu tenang aja dek. Abang kamu nggak kenapa-napa. Kita positif thinking aja siapa tau handphone abang kamu ketinggalan atau lagi lowbat mangkanya nggak bisa dihubungi," ucap Rinta menenangkan Leo.

***

Sudah lebih dari setengah jam mobil yang ditumpangi Leo dan kedua orang tuanya berkeliling untuk mencari keberadaan Vino. Bahkan mereka juga sempat melewati rumah Daniel namun mobil Vino sama sekali tidak terlihat di pelataran rumah Daniel.

Adios (Goodbye Sweet Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang