Chapter 9. Hamil

63.5K 4.6K 66
                                    

Happy Reading
.
.
.
--------

"Ini menyakitkan, tapi aku baik-baik saja.
Aku sudah terbiasa dengan ini."

*****

Aira membuka pintu rumah yang langsung di sambut gelak tawa keluarganya di ruang tamu. Hari ini libur jadi ia dan kakaknya yang lain tidak ke sekolah begitu juga Andre, laki-laki gagah itu tidak bekerja demi menghabiskan waktu dengan anak dan istrinya. Aira dengan perlahan melangkah masuk dengan wajah menunduk, tangannya meremas ujung baju koas yang ia kenakan. Untung-nya hasil pemeriksaan tadi sudah ia selipkan di kantung celana jins bagian belakang.

Seketika suasana hening ketika Aira berjalan menunduk melewati mereka. Andre dan Devan menatap datar Aira sementara Anita, Arkan, dan Reza menatap penuh benci pada Aira. Mereka sangat membenci gadis malang itu. Jika bukan karena suatu alasan sudah lama mereka mengusir Aira dari rumah ini. Rumah Wijaya ini terlalu suci untuk di tempati manusia busuk seperti Aira.

Arkan menyeringai saat tiba tiba ide licik terlintas di benak-nya. Cowok itu beranjak mendekati Aira yang gemetar di tempat. Perempuan itu semakin meremas ujung baju-nya.

"Habis dari mana lo?" Tanya Arkan saat sudah tiba di depan adiknya. Aira diam. Masih ingatkan kejadian ketika Arkan menghajarnya habis-habisan hingga ia masuk rumah sakit, ketakutan itu masih ada sampai sekarang.

"Lo tuli apa gimana ha?!" Tanya Arkan dengan suara sedikit meninggi. Arkan ini jika berbicara dengan Aira tak pernah santai. Begitu bencinya kah ia dengan adiknya sendiri?

"A-ku tadi jalan-jalan di taman, Kak." Jawab cewek itu berusaha menahan suaranya agar tidak bergetar. Ia tak mau Arkan melihatnya menangis disini.

Arkan mengangkat dagu Aira menggunakan jari telunjuk. Matanya menyorot nyalang pada gadis itu. Aira semakin ketakutan, tubuhnya gemetar. Wajah Arkan saat ini sangat menyeramkan.

"Kenapa jam segini baru pulang?"

Bolehkah Aira berharap jika Arkan mengkhawatirkan dirinya? Jika tidak, buat apa kakaknya bertanya kenapa ia baru pulang jam segini?

Seolah tau isi pikiran Aira, Arkan dengan teganya menoyor kepala adiknya kuat membuatnya hampir terhuyung.

"Gak usah kepedean lo, Anjing! Gue cuma gak mau lo itu nyusahin keluarga gue di luar sana." Sarkas Arkan kasar. Tangan mungil Aira mengepal. Menyusahkan? Dimana letaknya ia menyusahkan keluarganya disaat ia dengan baiknya mengerjakan tugas rumah tanpa disuruh. Mengepel, mencuci baju, menyapu, memasak semuanya ia kerjakan. Bahkan Bi Inah saja yang notabenya pembantu rumah tangga tak pernah bekerja seberat pekerjaan Aira

Dan lagi, jika di bandingkan dengan mereka, ia jarang keluar rumah. Ia keluar dari rumah hanya akan berangkat ke sekolah. Dan hanya sekali ia keluar saat kejadian pemerkosaan itu. Setelah itu tidak lagi. Aira juga tak pernah meminta apa-apa dengan keluarga-nya, ia berusaha mandiri, meski dalam lubuk hatinya ia ingin seperti gadis lain yang bisa manja dengan ayahnya. Jadi jelaskan bagian mana ia menyusahkan keluarganya?

Dan pada akhirnya, Aira memilih diam.

"Arkan ayok, mobilnya udah datang." Ujar Anita menyampirkan tasnya di bahu. Andre dan yang lain ikut beranjak menyimpan ponsel nya masing-masing dalam saku. Aira bingung, ia melihat keluarganya yang berpakaian rapi. Aira baru sadar ada beberapa koper di bawah tangga tak jauh dari tempatnya berdiri. Mau kemana mereka? Kenapa ia tak diajak?

"Kak." Panggil Aira memegang lengan kokoh Arkan yang akan berbalik menuju pintu rumah.

Arkan langsung menghempaskan tangannya kasar membuat Aira tersungkur ke lantai.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang