Chapter 68. Kangen

62.3K 4.2K 1.2K
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
-------🤗

Bian menggeliat ketika ada yang sesuatu yang bergerak di lehernya membuatnya tak nyaman. Bayi berlesung pipi itu membuka matanya memperlihatkan sepasang mata hitam legam yang tampak mempesona membalas sorotan manik cokelat di depannya.

"Pagi, Buncit" ucap Darren serak khas bangun tidur sambil tersenyum lebar menatap anaknya yang sudah bangun.

Bian balas tersenyum ketika tau itu sang Papa. Bayi itu mengeluarkan suara khas bayi sambil mengangkat tangannya ke arah Darren. Darren yang tau anaknya minta di gendong, dengan perlahan menundukkan badannya mengangkat lembut tubuh Bian ke dalam pelukan hangatnya.

"Gimana tidurnya, nyenyak?" Tanya Darren sambil berjalan ke arah balkon.

Tau apa yang dikatakan Papanya, bayi itu menepuk kecil dada Darren yang terbalut baju piyama seakan menjawab pertanyaan Darren bahwa ia nyenyak tidur.

"Dingin gak?" Bian hanya diam menatap polos Papanya.

Darren mengusap lembut kening Bian membuat Bian memejamkan matanya nyaman dengan sentuhan Papanya.

"Lo kalau udah besar jangan playboy lo yah. Mentang-mentang ganteng." Darren tidak menampik kalau putranya ini benar-benar tampan, bayi saja sudah sebegini rupanya, bagaimana kalau sudah besar? Darren yakin, satu kedipan mata semua para gadis pasti kepincut dengan putranya. Apalagi senyuman manisnya yang membuat para gadis mimisan.

Bian hanya diam, manik hitam legam miliknya menatap baju Darren, lidah Bian keluar seperti haus tapi Darren tidak menyadari itu karena sibuk menatap ke depan sambil terpejam. Bian memajukan wajahnya mendekat ke arah dada sang Papa lalu menjulurkan lidahnya. Ia menduga, kalau sumber kehidupannya ada di sana.

Darren membuka matanya kemudian menunduk menatap Bian yang menjilat baju piyama-nya.

"Lo haus, Cit?" Tanya Darren mengangkat Bian membuat Bian mengerjap bingung. Tiba-tiba wajahnya memerah, bibirnya bergetar siap menangis.

"Eh, eh, jangan nangis. Ayok, sama Mama." Darren masuk ke kamar dan melihat Aira masih tidur dengan rambut berantakan. Darren duduk di tepi ranjang, memperhatikan sang istri yang terlihat cantik saat sedang tidur damai seperti ini. Darren mengulurkan tangannya ke arah wajah Aira menyelipkan rambut wanitanya yang menutupi mata Indah istrinya. Darren menunduk mengecup kening Aira lembut.

"Pagi, sayang." Bisik Darren di telinga kiri Aira dan dengan sengaja menjilat cuping telinga wanita itu.

Oeekkk.. Oeekk.

Kelamaan kamu Darren, anakmu menangis.

Darren berdecak sebal. "Gak bisa apa gue nyapa Mama lo dulu?!" Kesal Darren menatap Bian yang menangis dengan suara khas bayi. Jari jempol laki-laki itu mengusap air mata Bian menghapus bulir bening di samping mata bayinya.

"Ai, bangun, Bian haus." Darren mengguncang pelan lengan Aira sembari menenangkan bayinya yang menangis. Aira menggeliat sebelum akhirnya membuka matanya dan duduk menyandar di kepala ranjang.

"Hoammm."

Cup.

Aira melotot kala bibirnya dicium oleh Darren yang tersenyum geli.

"Lebar banget itu mulut." Ujar Darren menjilat bibirnya sendiri.

"Ihh, kamu gak jijik? Aku baru bangun loh."

Darren menggeleng. "Gak. Malah enak." Ujarnya tersenyum mesum.

Aira hanya mendengus. Lalu menatap Bian yang menatapnya memelas sambil mengulurkan kedua tangannya yang memakai sarung tangan bayi.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang