Chapter 72. Siksaan Selly

57.6K 4.5K 768
                                    

Happy Reading
.
.
.
-------

Darren membuka pintu mobil, menatap tajam rumah gubuk di depannya.

"Gila, gelap bener." Ujar Gama mengusap kedua lengannya merinding sembari menatap sekitarnya.

"Ini tempat apaan sih? Gila banget mereka nyekap Aira disini." Sahut Gibran celingak celinguk.

"Eh, sini lo, lo yakin ini tempatnya?" Tanya Kevin pada Roni yang berdiri di tengah-tengah Rey dan Bravo.

Roni mengangguk malas membuat Kevin menoyor kepalanya tidak peduli ditatap tajam oleh Roni.

Darren dengan pelan melangkahkan kakinya mendekat pada rumah gubuk itu. Mengamatinya tajam bagai seekor singa yang siap memakan mangsanya.

"Apalagi, kalau dia tau kamu lukai anaknya, aku gak jamin kamu bisa selamat, Bitch. Bian anak kesayangan Darren, dia gak suka anaknya disakiti apalagi di bentak."

Langkah Darren dan yang lain terhenti kala mendengar suara itu, itu suara Aira, tapi bukan itu fokus Darren melainkan ucapan istrinya itu. Apa katanya? Selly melukai anaknya? Bentak Bian-nya? Menyakiti kesayangannya? Tanpa sadar, tangannya mengepal kuat hingga urat lengannya terlihat juga buku-buku jarinya memutih, wajahnya merah padam seiring datangnya gelombang emosi menghantam kepalanya siap menghancurkan barang apa saja termasuk tubuh perempuan jahanam itu.

Darren kembali berjalan mengintip di balik jendela diikuti yang lain, mereka bisa melihat badan Aira yang basah kuyup dengan duduk di kursi sambil tangannya diikat juga Bian.... Darren menajamkan pandangannya dan semakin meradang kala putra mungilnya tertidur hanya dengan dialasi pakai plastik tanpa selimut dilantai yang dipenuhi debu.

"Anjing!" Spontan Kevin menatap kasihan keponakannya. Rey tidak berekspresi, tapi Varrius yang berdiri di sampingnya tau kalau ketuanya itu tengah menahan amarahnya terlihat jelas kepalan tangan laki-laki dingin itu di kedua sisi tubuhnya.

Saat Selly akan berjalan mendekat pada Aira dengan tangan melayang siap menampar istrinya, Darren dengan cepat menendang pintu dengan sekali sentakan.

Brak!

"JANGAN SENTUH ISTRI GUE!!"

Baik Selly, Aira, dan Bian yang kembali terbangun dari tidurnya ketika mendengar gebrakan pintu sama-sama menoleh dan melihat tubuh tegap Darren yang berdiri di ambang pintu. Wajah Selly pucat, napasnya tercekat seakan ada batu yang menyumbat pernapasan-nya. Tangannya gemetar hebat, tidak ada yang dapat ia lakukan selain hanya berdiam diri bagai patung manekin.

Bibir Aira gemetar, lega membanjiri hatinya kala melihat sang suami yang datang tepat waktu. Aira menunduk menyembunyikan tangisannya dari sang suami yang tengah menatapnya sendu.

"Mama" ujar Darren penuh kesakitan juga rindu yang membelenggu hatinya. Perih datang tiba-tiba saat melihat bagaimana kacaunya Aira serta lebam di wajah wanitanya. Darren sakit melihat keadaan istrinya seperti itu.

Begitu juga si kecil yang bibir bawahnya melengkung ke bawah ketika tau sosok itu Papanya, orang yang selalu masuk kedalam mimpinya kala Bian ketakutan dan berharap bisa bertemu dengan Papanya. Dan kini, doanya walau Bian belum bisa bicara namun ia tau apa yang ia mau dan ia inginkan sekarang terkabulkan. Pahlawannya datang.

Bian menangis pilu memutus kontak mata orang tuanya. Darren menatap Bian yang menatapnya polos dengan tangan mungilnya yang terkepal ke atas gemetar. Darren tersenyum jahil.

"Hai, Buncit" sapa Darren melambaikan tangannya yang semakin mengeraskan tangisan Bian. Bayi mungil itu rindu dengan panggilan yang selalu digunakan Papanya ketika memanggilnya.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang