Chapter 55. Keputusan Aira

74.7K 5.2K 396
                                    

Happy Reading
.
.
.
***

Apa kalian pernah merasakan rindu pada seseorang yang sangat kamu benci?

Apa kalian pernah merasa kehilangan di saat raganya tidak ada yang padahal ia adalah orang yang selalu membuatmu muak melihat kehadirannya?

Apa kalian pernah merasa bersalah menghukum dirinya hanya karena masalah sepele?

Manusia itu munafik, mulut mengatakan benci tapi hati memendam sejuta kerinduan yang mendalam pada orang itu.

Tatapan matanya bengis penuh permusuhan tapi jika diteliti ada kesakitan dan penyesalan luar biasa di dalamnya yang berusaha ditutupi.

Anita, salah satu wanita munafik tengah menatap seluruh ruangan yang akhir-akhir ini selalu ia datangi. Terkekeh sendiri membayangkan semua yang pernah ia lakukan pada si pemilik ruangan ini. Tapi matanya yang berembun itu tidak bisa menampik bahwa ia merindukan-nya.

Gudang.

Diantara banyaknya kamar di rumah mewah mereka, gudang adalah kamar Aira sejak kecil. Tidak sudi baginya memberi kamar untuk anak sampah itu. Sejak kecil Aira tidak meminta apapun selain kasih sayang orangtuanya dan kakaknya. Tapi keinginan gadis manis itu seolah susah Anita berikan dan malah mencaci-maki anak itu karena tidak bersyukur.

Kenapa?

Kenapa Anita tega melakukan itu pada anak kecil di saat dia adalah seorang Ibu yang memiliki tiga anak?

Karena Aira anak dari seorang wanita-mantan sahabatnya- yang memiliki masa lalu kelam yang membuat persahabatan mereka hancur. Kebenciannya pada orang itu berimbas pada anaknya yang bahkan tidak tau apa-apa. Benci seolah membutakan Anita hingga tanpa sadar ia menyakiti anak itu.

Teruntuk, Anita sahabatku.

Hai, aku senang kita ketemu lagi setelah kamu masih berusaha menghindari aku. Kamu tau Anita, gimana pun kamu itu tetap sahabat aku. Apapun masalah yang menimpa kita hingga membuat persahabatan kita hancur, bagiku tidak ada yang namanya mantan sahabat. Awal kita sahabat, aku sudah mengikat kamu di hatiku dalam bentuk persahabatan dan tidak akan membiarkan itu renggang.

Aku cuma mau bilang, bukan hanya kamu yang kehilangan dia tapi aku juga. Aku juga sama terpukulnya seperti kamu. Kejadian yang kamu lihat di depan mata kamu tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Kamu hanya melihat saat-saat dia meregang nyawa. Peristiwa yang kamu duga-duga sendiri menanam benci di hati kamu buat aku. Andai, kamu melihat semuanya pertemanan kita tidak akan hancur.

Tapi biarkan itu jadi masa lalu, aku tidak mau mengingat itu. Kamu juga begitukan?

Aku minta tolong sama kamu, rawat bayi aku, berikan dia kasih sayang yang gak akan pernah bisa aku berikan. Anggap dia seperti anak mu. Disini aku cuma memberitahu sama kamu aku memberikan bayi ini bukan karena mengabulkan keinginan kamu yang ingin punya anak perempuan, tapi sebagai ibu yang menitipkan putrinya dan berharap semoga anaknya bahagia di tangan orang yang tepat.

Jangan tumpahkan kebencian kamu untuk anakku, karena dia tidak tau apa-apa. Aku mengandungnya, melahirkannya, memberikannya padamu bukan untuk dijadikan balas dendam. Sayangi dia seperti kamu menyayangi ketiga putramu.

Demi tuhan, dia masih suci, masih terlalu kecil. Tolong jangan lukai dia hanya karena dia anakku. Anggap saja dia titipan tuhan padamu yang ingin punya anak gadis melalui aku. Kalau bukan sama kamu aku titipkan, siapa lagi?

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang