Chapter 12. Pengakuan

50.6K 4.2K 137
                                    

Happy Reading
.
.
.
---------

"Kenyataan ini benar benar membuatku tertampar."

____________

Ruang tamu di keluarga Wijaya saat ini sedang tegang, mencekam, emosi berkumpul menjadi satu. Siapapun yang berada di sana akan ketakutan setengah mati dan merasa terintimidasi. Rumah itu dihuni banyak orang tapi seperti kuburan akibat keheningan yang melanda. Semua orang menatap satu titik yang menjadi alasan dibalik keterdiaman ini.

Aira, perempuan malang itu memegang pipinya yang terasa panas, sudut bibirnya berdarah karna tamparan kuat sang ayah. Ia tak tau kenapa tiba-tiba ia ditampar.

Andre berdiri dari jongkoknya dan melipat tangan di dada, matanya menatap mencemooh putrinya. Bibirnya tersungging sinis.

"Kamu tau kenapa keluarga saya membenci kamu?" Tanya Andre datar sama sekali tak ada kasih sayang untuk putrinya.

Aira diam. Bibirnya kelu, tenaga yang ia pakai untuk berjalan kaki sehabis pulang sekolah terkuras habis hingga ia tak mampu menjawab pertanyaan sang ayah.

Andre kembali berjongkok.

"Kamu mau tau?" Andre menatap tajam Aira yang masih diam sembari menunduk tak berani menatap ayahnya.

"Karna kamu bukan anak saya!"

Deg.

Apa maksudnya? Ia bukan anak ayahnya?

Aira mendongak menatap Andre yang menatapnya kelewat dingin.

"Maksud ayah?" Tanya Aira masih berpikir positif.

Andre tersenyum sinis.

"Saya tau kamu pasti mengerti maksud saya. Tapi jika kamu ingin mendengar-nya lagi, baik, akan saya ulang." Ucap Andre dengan rahang mengeras, ia benci dengan Aira, sangat membencinya. Sementara Aira, ia sudah panas dingin di tempatnya.

"Kamu bukan anak kandung saya!" Tekan Andre menusuk.

Aira tertegun, tubuhnya terpaku seolah ada magnet yang membuatnya tak bisa bergerak. Ada apa dengan ayahnya? Kenapa ia tega mengatakan itu?

"Segitu benci nya ayah sama aku?" Tanya Aira menahan airmata nya. Tapi tidak, airmata sialan itu berhasil jatuh hingga Aira dengan cepat mengusapnya. Matanya membalas tatapan dingin Andre.

Andre hanya diam dengan tatapannya yang semakin dingin.

"Yah, aku ada salah apa? Kenapa Ayah tega ngomong gitu sama aku?" Aira berusaha menahan sesak di dadanya. Sebesar apa kesalahan-nya hingga Andre berani bicara seperti itu? Aira tak pernah ingat bahwa ia melakukan sesuatu yang buat ayahnya marah.

Andre tertawa kecil sambil membuang muka lalu kembali menatap Aira.

"Aira, Aira, kurang jelas ya yang saya bilang?Kamu itu bukan anak kandung saya. Istri saya tidak pernah mengandung kamu. Itulah sebabnya kenapa keluarga saya tidak pernah menyayangi kamu dan bahkan menganggap kamu ada... " Jeda Andre ingin melihat resaksi Aira. "Karna kamu itu anak pungut. A-N-A-K P-U-N-G-U-T. Sudah jelas?" Jelas, sangat jelas hingga Aira ingin menjatuhkan dirinya ke jurang terdalam agar tidak ada satupun yang menemukan-nya.

Sementara yang lain hanya duduk diam di sofa menonton adegan yang menurut mereka seru. Bi Inah yang mengintip di dapur sudah menangis sedari tadi, ia menatap kasihan Aira, demi tuhan Aira sedang hamil.

Sepersekian detik Aira hanya diam. Matanya menatap lekat Andre mencari kebohongan yang bisa menghapus sedikit saja rasa sesak di hatinya. Aira menitikkan air matanya yang sedari tadi ia tahan saat tak menemukan kebohongan ayahnya, itu artinya apa yang dikatakan Andre benar. Tapi kenapa? Kenapa baru sekarang?

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang