Chapter 26. Permintaan si bumil

54.4K 4.6K 632
                                    

Happy Reading ❤
.
.
.
___________________

Darren membuka matanya sembari duduk dengan mulut menguap. Matanya mengedar, pintu balkon terbuka hingga udara dingin di pagi hari menerpa kulit putihnya. Laki-laki yang rambutnya berantakan itu menduga pasti sang istri yang membukanya. Ia beranjak keluar dari kamar menuju dapur. Langkahnya terhenti melihat Aira berdiri di depan meja makan sedang menata sarapan.

Laki-laki bermanik cokelat itu bersandar di tembok memperhatikan bagaimana seriusnya Aira menyusun piring dan mengisi gelas serta mengelap meja jika ada yang kotor. Dua minggu tinggal bersama Darren sedikit tau kebiasaan Aira. Sebelum makan gadis manis itu pasti membersihkan meja dan melihat-lihat sekitar siapa tau ada yang kotor.

Darren tiba-tiba tersenyum melihat Aira cemberut saat mata hitamnya tak sengaja menemukan sedikit kotoran di ujung meja tepat dimana Darren biasanya duduk. Tak mau membuat suaminya tidak nyaman Aira mengelap kuat kotoran itu hingga bersih menciptakan senyuman indah di wajah manisnya. Aira menepuk tangannya dua kali, kemudian berbalik berniat memanggil suaminya namun terhenti saat melihat Darren berdiri tak jauh darinya.

Aira terkesiap.

"Kakak sejak kapan di situ?" Tanyanya kaget.

Darren diam dengan wajah datar berbeda beberapa menit yang lalu tersenyum bagai orang gila. Ia mendekat pada Aira dan berhenti di depannya, tangan kekarnya bergerak menarik dagu Aira mengajak gadis itu bertatapan.

Aira diam menunggu apa yang akan dilakukan suaminya. Matanya membulat saat Darren memajukan wajahnya lalu mengecup dalam bibirnya. Darren terpejam, menikmati bibir lembut istrinya yang entah kenapa sangat manis menurutnya. Lama berciuman tanpa lumatan, Darren melepas tautan bibir mereka kemudian menelusupkan wajahnya ke leher Aira. Menghirup rakus aroma lembut yang menguar dari kulit gadis itu. Tangan laki-laki itu bergerak melingkar di pinggang Aira.

Gadis yang menyandang marga Aditama di belakang namanya itu mengusap rambut Darren sesekali mencium samping kepalanya. Darren yang merasa nyaman semakin mempererat pelukannya hingga ia dapat merasakan perut buncit Aira. Darren sedikit menjaga jarak tapi tidak melepaskan tangannya di pinggang gadis itu dan semakin menyelusup ke leher putih istrinya.

Hangat dan nyaman.

Dua kata itu mendeskripsikan apa yang dia rasakan saat berada di pelukan Aira. Tidak ada yang lebih nyaman selain tubuh gadis manis itu. Bahkan Selly sekali pun.

"Kak, sarapan dulu yuk. Nanti makanannya dingin." Ujar Aira lembut mengusap punggung tegap Darren.

Darren mendengus kemudian melepas tubuhnya dari tubuh Aira dengan sedikit tidak rela. Tanpa kata ia duduk sambil membalikkan piringnya kemudian ia serahkan pada Aira. Aira tersenyum geli lalu mengisi piring laki-laki itu dengan nasi dan lauk pauk. Setelahnya mengisi piringnya dan menyantap sarapannya.

Usai makan Aira meletakkan piring di wastafel kemudian membersihkan meja sebelum menyusul Darren ke ruang keluarga. Gadis yang memakai daster biru muda itu mengusap perutnya sambil menatap ayah dari calon bayinya yang sedang bermain ponsel.

"Kakak ada kegiatan gak hari ini?" Tanya Aira sedikit ragu.

Darren menoleh. "Gak ada. Kenapa?"

Aira memilin jarinya. Darren yang melihat itu mendekat.

"Kenapa, hm?" Tanyanya lembut sambil mengusap pipi Aira.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang