Chapter 53. Gina give up

65.9K 4.7K 266
                                    

Happy Reading
.
.
.
*****

Apa yang lebih sakit, ketika orang yang kamu cintai malah merusak mu dan merebut satu-satunya harta yang paling berharga?

Apa yang lebih sakit, ketika orang yang kamu sebut dalam doa sepertiga malam ternyata laki-laki terbrengsek yang tidak mengindahkan teriakan kesakitanmu malam itu?

Berpikir bahwa ia adalah penyelamat tapi malah ikutan melakukan bejatnya.

Satu kata yang mewakili hatinya.

Sakit.

Di gelapnya tengah malam, Gina terbaring lemah dilantai rooftop dengan keadaan telanjang bulat. Sulit rasanya bergerak hanya untuk berpakaian. Organ vitalnya sangat sakit seperti di robek pakai gunting. Bagai ada pedang tajam yang menusuk hatinya, Gina sesak saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Penolakan yang ia terima selama ini tak sesakit apa yang sekarang ia rasakan.

Bibir Gina bergetar, dadanya serasa di remas oleh tangan tak kasat mata. Hancur, masa depannya hancur gara-gara laki-laki bajingan yang sayangnya masih di cintainya saat ini.

"Bajingan lo, Go. Lo laki-laki bajingan anjing! Lihat aja gue bakal balas lo." Ujar Gina menatap tajam langit malam seolah ia sedang menatap Hugo. Kedua tangannya yang telentang mengepal kuat. Rasa cinta untuk laki-laki itu berubah jadi benci yang akan ia ingat kelakuannya seumur hidup.

Tak mau berlama-lama, menahan perih di sekitar area pribadinya Gina bangkit perlahan, memakai kembali pakaiannya yang untungnya masih layak untuk dipakai. Setelah puas menggagahi Gina, Hugo dan teman-temannya pergi masih dengan keadaan mabuk tidak peduli apa yang mereka lakukan. Malah mereka senang, termasuk Hugo karena mendapat perawan yang benar-benar nikmat menurutnya.

Gina gagal, gagal menjaga keperawanan-nya yang seharusnya ia berikan untuk suaminya kelak. Tidak ada lagi yang dapat ia banggakan di dalam dirinya yang kotor ini. Semua tubuhnya tidak suci lagi. Masih terbayang di ingatannya bagaimana mereka menjamah badannya, di dorong kesana kemari, di masuki dua orang sekaligus, mencumbu bibirnya juga dadanya. Suara gelak tawa mereka melihat Gina tersakiti menggema saat itu.

Jijik. Gina jijik pada dirinya sendiri. Gina benci.

Tak kuat menahan sakit, Gina terduduk di gang sempit menyandarkan punggungnya ke tembok di belakangnya. Gina melipat lututnya membenamkan wajahnya di antara lututnya kemudian menangis keras.

Kecewa. Gina kecewa pada Hugo. Laki-laki yang ia cintai malah merusaknya dan tidak merasa bersalah sama sekali atas apa yang ia perbuat.

Satu yang Gina takutkan. Hamil. Bagaimana jika dia hamil? Apa yang harus ia lakukan? Apa yang akan ia katakan pada orangtuanya? Dan lagi, apa ia bisa menerima janin itu jika ia benar-benar hamil? Gina tidak yakin.

Gina meraih ponselnya memberi pesan pada seseorang yang sudah ia anggap sebagai sahabat.

Aira

Aira, lo dmn?

Aku di rmh

Gue mau cerita. Blh?

Blh, kok Gin. Kamu mau
cerita apa?

Gue... Gue nyerah, Ra.

Nyerah? Maksudnya?

Gina menahan tangisnya. Dengan gemetar ia membalas pesan Aira.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang