Chapter 58. Kecewa

63.7K 4.5K 301
                                    

Happy Reading
.
.
.
________

Aira menatap sendu mobil putih yang keluar dari area perumahannya. Kedua tangannya saling memilin sembari mengatur napasnya yang memburu akibat sesak yang datang tiba-tiba.

"Maaf. Aku minta maaf, Kak Darren."

Aira membaca pesan Darren yang katanya akan datang ke rumahnya tapi ia sengaja mengabaikan pesan itu dan tidak menemui Darren yang pastinya sudah menunggu dirinya berjam-jam. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu, Aira tidak ingin keputusannya untuk bercerai gagal total hanya karena rindunya yang besar pada laki-laki itu.

Aira bukan tidak tau kalau Darren melihat kedekatannya dengan Kevin. Aira sengaja melakukan itu agar Darren tidak lagi menemui-nya sebelum hari perceraian mereka. Permintaan Darren yang ingin memulai kembali dari awal sebenarnya Aira mau dan memberikan kesempatan kedua untuk suaminya itu.

Tapi bayang-bayang dimana Darren melakukan kekerasan, hinaannya, perselingkuhan-nya, juga video yang ia lihat di ponsel Selly yang ia duga mereka sudah melakukan hal yang lebih, itulah yang membuat Aira tidak mau memberikan kesempatan kedua. Bersama Darren hanya akan ada luka bukan kebahagiaan.

Aira memejamkan matanya yang terasa perih. Saat Darren mengatakan cinta padanya, Aira senang bukan main karena kalimat itu yang selalu ia tunggu-tunggu. Aira selalu berharap semoga pernikahannya baik-baik saja jauh dari gangguan pelakor. Memiliki impian suami yang baik, anak-anak yang lucu, hanya ada tawa dan senyum hingga ia dan Darren menua bersama hanyalah sekedar mimpi yang tidak akan pernah terwujud.

Aira terkekeh. Melipat bibir bawahnya dan tiba-tiba meringis sakit di sekitar perutnya. Aira mengusapnya sekilas.

"Bayinya nendang." Ucap Aira antusias. Manik hitamnya berbinar. Telapak tangannya dapat merasakan adanya gerakan kecil dari dalam perutnya. Rupanya si mungil ingin menyadarkan Mama-nya dari lamunan panjangnya.

"Aira." Panggil Anita mendekat pada Aira yang berdiri di dekat jendela.

Aira menoleh.

"Ayok makan habis itu minum susu biar baby-nya sehat" ujar Anita ikut mengelus perut Aira. Aira diam sebelum akhirnya mengangguk dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Anita tersenyum miris, biar pun Aira sudah memaafkan mereka nyatanya Aira tidak lagi seperti dulu. Bahkan kamar gadis itu masih di gudang padahal mereka sudah menyiapkan kamar untuk Aira namun gadis itu menolak dengan alasan sudah biasa yang malah membuat keluarganya semakin merasa bersalah.

***

Darren membuka matanya perlahan memperlihatkan manik cokelat terang miliknya membuat Tania yang duduk di sebelahnya terpaku oleh kekaguman yang ia tidak pernah ia lihat sebelumnya. Melihat wajah Darren dari samping benar-benar sangat tampan apalagi di terangi lampu yang membuat laki-laki itu tampak bersinar.

Darren menoleh, menatap bengis Tania.

"Ngapain lo di sini?!" Tanyanya ketus sama sekali tidak menutupi rasa tidak sukanya. Tania gelagapan sekaligus bingung.

"Lo gak nanya gitu ada dimana?"

"Bego. Ya di rumah sakit lah!"

"Yaudah, gue yang bawa lo ke sini."

Darren diam tangannya sibuk memegangi keningnya yang di perban. Darren sedikit meringis.

"Gue panggilin dokter ya?"

"Gak usah!"

Tania menggaruk keningnya. "Tapi lo kayak kesakitan gitu."

Darren menggeleng. "Aira." Ucapnya entah panggilan atau apa.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang