Chapter 42. Shine itu Bravo?!

58.6K 5.1K 802
                                    


Happy Reading

.
.
.
*********


"Lo yakin ini alamatnya?" Tanya Bravo menatap gedung di depannya dan kertas kecil di tangannya bergantian. Keningnya berkerut kemudian beralih menatap Faro di sebelahnya.

Faro mengangguk yakin. "Iya, bos, gue yakin banget ini tempatnya. Anak buah gue bilang mereka berdua tinggal disini." Jawabnya sembari memperhatikan lekat gedung itu.

Bravo mengangguk. "Yaudah, kita turun."

Faro mencegah. "Bentar, Bos. Itu bukannya Darren ya? Darren kan itu?!" Tanya Faro menunjuk ke depan dimana Darren tengah bertelepon di dalam mobil yang kaca jendela kemudi di buka membuat Faro dan Bravo dengan jelas melihat.

"Iya, itu dia. Berarti benar ini tempatnya."

Mereka berdua diam sembari memperhatikan Darren yang terlihat emosi di seberang sana. Wajahnya memerah, tangannya mencengkam setir mobil kuat, tatapan laki-laki itu tajam. Darren terlihat marah besar. Beberapa menit kemudian Darren melajukan kendaraannya kencang tanpa peduli umpatan pengguna jalan.

Melihat itu Bravo keluar disusul Faro. "Kayaknya cewek lo gak ikut deh." Ujar Faro memakai masker hitam dan jaket kulit hitam.

Bravo mengangguk sambil memasang kacamata hitam dan masker serta topi. Padangan matanya menatap nomor apart yang ada kertas itu yang juga berisi alamat apart Darren.

Tanpa basa-basi mereka masuk dan menuju tempat Darren tinggal. Bravo tidak sabar ingin bertemu gadisnya. Gadis yang selama ini ia cari-cari hingga membuatnya frustrasi.

"Nah ini dia, 179C." Kata Faro mendongak menatap nomor apart.

Bravo memencet bel dan berharap semoga gadisnya ada disana. Ayolah, sudah lama ia menunggu gadis itu datang ke pelukannya, ia tidak mau usahanya sia-sia. Dan lagi, ia akan merebut gadis itu dan membahagiakan-nya. Tidak pantas Aira bersama Darren yang brengsek.

Sementara di dalam sana, Aira kesakitan dengan tangan meremas kuat perutnya. Wajahnya banjir keringat, napasnya memburu, jantungnya bergedup takut terjadi apa-apa pada bayinya. Saat mendengar bunyi bel, Aira dengan susah payah berdiri dengan secercah harapan semoga orang itu bisa membantunya.

Dengan berpegangan dengan barang-barang yang ada disana Aira berhasil berdiri di depan pintu dan membukanya. Namun saat sudah terbuka Aira tiba-tiba ambruk menindih tubuh seseorang di hadapannya.

Bravo terkejut kala tubuh mungil itu menubruknya dan ia merasakan tangan itu meremas baju bagian depan. Hatinya berdesir dengan rasa hangat saat sadar kalau itu adalah gadisnya.

"Aira." Panggil Bravo berat.

Aira terpejam menahan sakit. "Tolong aku. Aku mohon." Pinta Aira memohon. Ia tidak fokus siapa orang ini, yang Aira ingin orang ini menolongnya.

Dengan tangan besarnya Bravo mengangkat tubuh mungil Aira dan masuk ke dalam membiarkan Faro yang sedari tadi diam memperhatikan menutup pintu. Bravo menaruh tubuh Aira berbaring di sofa dan ia berlutut sambil menggenggam tangannya. Melihat pakaian yang Aira yang cukup terbuka, laki-laki blasteran itu membukan jaketnya dan merentangkan jaket itu di tubuh Aira yang untungnya cukup menutupi sebagian tubuhnya.

"Mana yang sakit hmm? Bilang sama aku." Ujar Bravo sambil mengecup punggung tangan Aira.

Aira membuka matanya, pandangannya mengabur. "Perut aku." Jawabnya pelan.

Bravo menatap perut Aira kemudian menaruh tangannya disana dan merasakan adanya tonjolan kecil. Laki-laki itu tersenyum, mengelus lembut perut Aira seolah menenangkan makhluk kecil yang bersemayam di perut gadisnya.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang