SPECIAL CHAPTER

81.2K 4.4K 638
                                    

Happy Reading
.
.
.
------🤗

"Sayang, mau kemana?"

"Sayang, jangan pergi dong temani aku"

"Aku bilang jangan pergi ih!"

"Hiksss.. Jangan pergi"

"Tuli banget sih, lo! Yaudah sana pergi gak usah dekat-dekat gue, hiksss..."

Aira menghela napas kala melihat Darren menangis di belakangnya sambil menutup wajah tampannya dengan kedua tangan berdiri tak jauh dari meja makan. Bahu kekar itu bergetar dengan suara isakan tangis memenuhi sudut ruangan. Ayolah, ia hanya pergi mengambil makanan untuk suaminya bukan pergi seperti yang ada di pikiran Darren.

Aira mendekat. "Sayang-nya Aira, aku gak pergi, aku disini." Ujar Aira lembut sambil mengambil kedua tangan Darren yang menutupi wajahnya dan ia bisa melihat dengan jelas wajah memerah dan basah akibat air mata itu.

Bibir Darren mengerucut dengan masih sesegukan, menatap memelas Aira yang menatapnya hangat.

"K-kamu gak pergi kan? G-gak ninggalin aku? I-iya kan?" tanya Darren mengusap air matanya dengan punggung tangan dengan gerakan yang sangat menggemaskan.

Aira mengangguk. "Aku kan mau ngambil makanan buat kamu, gak mungkinlah aku pergi ninggalin Papanya Bian" Aira tersenyum lembut, mengecup bibir Darren sekilas lalu menarik tangan suaminya menuju meja makan. Mendorong kursi ke belakang lalu mendudukan Darren di sana yang hanya diam menurut seperti anak kecil sebelum akhirnya mengambil makanan untuk suami tercinta.

Darren menopang dagunya dengan tangan kanan sembari menatap sang istri yang sibuk mengambil piring dan lauk. Papa muda itu sesekali tersenyum melihat bagaimana tubuh mungil Aira yang bergerak kesana kemari. Lalu tak lama kemudian buliran bening kembali menetes dengan sendirinya.

"Hiksss..." isak Darren melipat kedua tangannya di atas meja yang kemudian membenamkan wajahnya di sana. Menangis tertahan.

Aira yang sudah siap mengambil makanan dengan tergesa-gesa menghampiri sang suami setelah menaruh piring berisi nasi putih dan ayam goreng di atas meja makan.

"Sayang, kenapa lagi?"

Darren menggeleng, bahunya bergetar pelan sementara isakannya teredam diatas tangannya.

"Lah, terus kenapa nangis?" Tanya Aira lembut mengusap rambut sang suami. Wanita cantik berdaster pink dengan corak bunga-bunga itu meraih bahu Darren lalu menghapus airmata nakal itu.

"Cup, cup, cup. Udah sayang udah." Lembut Aira mengecup kedua mata indah sang suami. Darren diam, menggigit bibirnya yang bergetar menahan tangis.

"Aii..." rengek Darren memajukan bibirnya beberapa senti.

"Hm."

"Kamunya lama banget, aku kan gak bisa jauh dari kamu" ujar Darren menunduk sambil memilin jari-jarinya. Persis seperti Aira dulu jika ketakutan dan gelisah.

Aira mengulum bibirnya, gemas dengan tingkah suaminya.

"Ish, kok kamu jadi gemesin gini sih?" Ujar Aira memajukan wajahnya menggigit pipi kanan Darren yang tampak berisi.

Darren menjauh. "J-jangan di gigit sakit tau" ujarnya sambil mengusap-usap pipinya.

"Kamu gemesin banget. Sini, aku mau gigit lagi" Aira menarik lengan kekar Darren mendekat padanya lalu mulai menggigit pelan pipi berisi itu. Aira gemas dengan kedua pipi Darren yang tampak cubby. Jika Darren menggeleng atau mengangguk maka kedua pipi itu akan bergerak mengikuti gerakan Darren saking berisinya.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang